Namaku Angelia. Bagus sekali, bukan? Bukan sombong. Tetapi nama ini memang dipilihkan papa dan mama untukku setelah melalui berbagai pertimbangan panjang.
Kalau kau mengerti Bahasa Inggris, kau pasti tahu bahwa angel artiya malaikat. Dari dongeng yang sering kau dengar di waktu kecil, engkau pasti ingat bahwa malaikat itu cantik luar dan dalam.
Ketika aku masih kecil, aku sangat bangga menyandang nama yang sangat bagus ini. Tetapi sesudah besar dan duduk di bangku Perguruan Tinggi, aku jadi sering merasa minder.
Kenapa? Karena aku merasa nama itu terlalu bagus untuk gadis sejelek aku. Karena aku merasa sama sekali tak pantas menyandang nama sebagus itu.
O iya, satu hal yang perlu kau ketahui adalah pengalaman pahit yang tidak akan pernah kulupakan. Ini terjadi dua tahun yang lalu.
Saat itu, aku masih kelas dua SMA. Aku memiliki seorang sahabat pena. Namanya Bram.
Bram adalah cowok yang menyenangkan untuk diajak bicara, meski hanya melalui surat. Ia merasa tidak enak jika berteman denganku tanpa mengenal wajahku.
Inilah yang paling aku takutkan. Bram meminta fotoku.
Aku sudah menduga jauh hari sebelumnya bahwa ia pasti membayangkan wajahku secantik malaikat dan bidadari, sesuai dengan nama yang kusandang. Itu memperkuat perasaanku bahwa sesudah mengetahui bentuk lahirku yang amat jauh dari kategori cantik ini, ia akan kecewa.
Bukankah para pemuda selalu ingin mendekati gadis cantik saja?
Tetapi mama yang selalu bijaksana menasihati aku agar tidak membohongi Bram. "Toh, cepat atau lambat, ia akan mengetahui siapa kamu," kata mama. "Tidak semua pemuda hanya menilai seorang gadis hanya dari kecantikan luarnya saja. Percayalah, kecantikan di dalam hatimu jauh lebih cantik dari gadis manapun."