Di sini, pagi ini
Kutitipkan doa dalam puisi
Untaian rasa gelisah, jalinan keluh kesah membikin resah
Terangkai dalam puisi tanpa bentuk
Di antara lamunan sepanjang jalan, pagi ini
Kulihat semua baik-baik saja, berjalan seperti biasa
Hanya aku yang cemas, was-was, entah mengapa
Perasaan suram, hati muram, orang-orang berlalu tergesa-gesa
Mungkinkah hanya langkahku yang tak tentu arah hari ini?
Kudapati anak-anak masih tetap bersemangat menyandang tas sekolah
Pagi ini hanya seperti pagi yang lain pada hari-hari yang lalu
"Semangat ya!" selalu kuucapkan kepada mereka
Aku, seperti biasa, beranjak menuju kerja
Kusetel siaran radio, seorang diri dalam perjalanan menuju kerja
Tersiar warta rohani, tentang orang-orang yang bangkit
Menjadi kuat, bukan oleh karena dirinya, melainkan kemurahan Tuhan
Kekuatan bagi mereka yang lemah
Kutermenung, tidakkah aku tampak kuat hanya di hadapan yang lemah
Dan tampak lemah di muka yang kuat?
Tiba di parkiran, lamunanku tak kunjung usai
Hanya satu dua kendaraan terparkir di sana, sepi
Ini pun hanya seperti pagi yang lain pada hari-hari yang lalu
Apakah yang sedang kukejar, apakah yang kuperjuangkan,
Sementara kuhidup dalam seribu rupa di panggung sandiwara?
Kucari-cari di mana imanku?
Tercecerkah ibadahku entah di mana?
Pabila cemas, was-was menghampiri, entah mengapa
Aku selalu merasa kurang berdoa
Dalam kerapuhan,
Kuhibur diriku, setidaknya ada seonggok tanggung jawab di pundakku
Kerja ini soal asa, doa tentang nasi yang kami makan, dan segala kebutuhan
Segala sesak ini, kuyakin tak bertahan selamanya
Untuk segala sesuatu pasti akan ada akhirnya
Kesesakan berganti dengan kegembiraan
Kegembiraan berganti dengan kesesakan
"Semangat ya!" seperti yang selalu kuucapkan kepada anak-anak sekolah itu
Nyatanya tiada jua yang kukerjakan
Hanya mendorong onggokan daging pada raga agar bersemangat menjalani hari
Sekadar bertahan, belajar mau, mau belajar
Belajar bersemangat