Lihat ke Halaman Asli

Inspirasiana

TERVERIFIKASI

Kompasianer Peduli Edukasi.

Kisahku di Penjara: Ada Gua Maria di Penjara (Bagian 11)

Diperbarui: 15 Maret 2022   10:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Patung Bunda Maria di Gua Maria Anjongan, Kalimantan Barat | Foto milik Keuskupan Agung Pontianak

Lanjutan kisah nyata Kang Win di penjara. Silahkan ikuti akun Inspirasiana ini untuk membaca lanjutan ceritanya.

Ada Gua Maria di Dalam Penjara (Melawan Dengan Sabar, Bagian 11)

Ada dua tempat peribadatan yang terdapat di dalam kompleks Lapas Porong, yaitu Masjid dan Gereja. Keduanya terletak di bagian tengah areal Lapas, berdiri sejajar hanya dipisahkan oleh 'Menara' Pengamanan.

Di bagian atas menara setinggi kurang lebih 25 meter ini terdapat 2 lampu sorot berkapasitas besar dengan daya jangkau yang cukup jauh. Sedangkan di bagian tengah dari ketinggian menara itu terdapat 2 buah alat pengeras suara. Dari menara inilah biasa dilakukan pemanggilan kepada WBP untuk keperluan tertentu.

Masjid Lapas yang mempunyai nama Masjid Nurul Fuad, saat saya 'pulang' hampir merampungkan proyek perluasan bangunan yang secara bertahap dilakukan dalam kurun waktu 2 tahun terakhir ini. 

Proyek perluasan ini dibiayai dengan infak dari para WBP serta Pimpinan dan Staf Lapas. Dengan perluasan itu, Masjid Nurul Fuad bisa menampung sekitar 1.500 jamaah salat berjamaah dalam kondisi normal (tidak pandemi COVID-19).

Adapun Gereja bisa menampung sekitar 100 jemaat. Saya tidak tahu persis apakah kapasitas sebesar itu cukup untuk menampung animo para jemaat atau tidak. Estimasi saya kapasitas sebesar itu sudah cukup ideal. 

Pertama, mengingat jumlah WBP yang merupakan umat Kristiani tidak terlalu banyak jika dibandingkan dengan yang Muslim. Kedua, secara jadwal, waktu penggunaan Gereja dibagi dua, yakni untuk mereka yang Katolik dan mereka yang Kristen Protestan.

Sebagai Muslim, saya termasuk tidak pernah nongkrong di Masjid. Saya hanya datang saat waktu salat berjamaah yaitu duhur, ashar, dan magrib. Apalagi saat pandemi berlangsung hanya sesekali saya datang ke Masjid.

Di luar alasan pandemi, saya menghindari 'nongkrong' di masjid agar tidak terjebak kepada kebiasaan menjadikan masjid sebagai tempat istirahat tidur siang. Maka kalaupun saya menyempatkan membuka Kitab Suci Al Qur'an setelah salat, saya melakukannya di kamar.

Untuk nongkrong saya punya beberapa tempat favorit. Yang pertama adalah area selasar yang mengelilingi lapangan sepakbola. Jika pagi sehabis joging, duduk di selasar melihat aktivitas WBP lainnya sambil menikmati pemandangan Gunung Penanggungan yang bisa terlihat dengan jelas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline