Lihat ke Halaman Asli

Inspirasiana

TERVERIFIKASI

Kompasianer Peduli Edukasi.

Sepatu Butut Abah

Diperbarui: 14 Januari 2022   09:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi Sepatu Butut Abah  - Pixabay

Aku perhatikan sepatu Abah
Warnanya usang dan kusam
Teronggok di tanah yang kering
Setelah seharian menemani Abah

Sepatu itu dipakainya setiap hari
Sambil mendorong gerobak butut
Menjajakan makanan dan minuman
Menelusuri jalanan menanjak dan menurun

Sol sepatu Abah semakin menipis
Aku khawatir jika hujan jalanan licin
Abah akan terpeleset, terjatuh
Tubuhnya basah kedinginan

Bagaimana kalau kaki Abah tertusuk paku?
Nanti Abah tidak bisa mencari uang
Meski wajah berkali-kali tertampar debu
Dan terpanggang sinar matahari

Abah tidak menghiraukan sepatunya
Uangnya lebih baik buat aku dan emak
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
Agar perut terisi, meski seringnya tidak

Aku perhatikan sepatu Abah
Sudah seminggu ini teronggok
Di tempat yang sama, di lantai yang kusam
Sejak Abah tidak ada di sisi aku

Abah pergi jauh ke surga
Ketika mobil sedan menghantamnya
Membuat isi gerobak berserakan
Darah berceceran, bercampur air hujan

Mengapa Abah meninggalkan aku?
Kepada siapa aku harus bersandar?
Sementara tubuh emak ringkih
Menahan sakit, tidak ada biaya untuk berobat

Sepatu butut Abah
Menjadi kenangan terindah buat aku
Kan kusimpan dalam hati
Sebagai cambuk buat aku

Doakan aku Abah
Agar aku tetap tegar tanpamu
Aku tidak boleh cengeng
Cobaan ini hanyalah ujian

Aku pastikan padamu Abah
Ujian hidup akan mampu kulewati
Tidak masalah aku masih anak-anak
Spirit perjuanganmu tetap terpatri

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline