Lihat ke Halaman Asli

Inspirasiana

TERVERIFIKASI

Kompasianer Peduli Edukasi.

Ode buat Ibunda

Diperbarui: 14 Desember 2021   10:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen Ode buat Ibunda - Pixabay

Untaian melati ini untukmu
harumnya semerbak menyebar di angkasa
sepertimu yang senantiasa menghiasi kalbuku
dengan cinta dan kasih yang tiada terkira

Kau terus melangkah meski penuh darah dan nanah
onak yang tertancap di setiap kisah tak pernah kau hiraukan
Hadirmu senantiasa memberikan nur dalam gelapnya hatiku
Rinduku padamu tak akan pernah usai dikalang waktu

 Adinda memandang foto keluarga yang tergantung di kamar kost-nya. Di sana ada gambar Bunda, Adinda, almarhum ayah dan Dion, adiknya. Foto itu dibawanya saat keberangkatannya ke kota yang dijuluki Paris Van Java ini.

Sudah beberapa bulan ini kerinduan pada keluarganya, dia pendam di lubuk hatinya yang terdalam. Adinda tidak bisa pulang ke rumahnya karena ia harus berhemat. Andai saja dia memiliki sayap, ingin rasanya dia terbang ke kotanya, Sukabumi, untuk melepas rindu pada keluarganya, khususnya Bunda.

Adinda sedang menempuh pendidikan S1-nya di Fakultas Kedokteran universitas ternama di Bandung dengan beasiswa Bidikmisi. Berkat bea siswa ini, Dinda menggapai mimpinya untuk menjadi seorang dokter. Kini dia sudah memasuki semester delapan dan sedang melaksanakan tugas praktik lapangan di salah satu rumah sakit.

 Adinda mengenang kembali perjuangannya hingga tiba di titik ini. Harapan dan mimpinya yang kerap menjadi olok-olok teman-temannya tak membuatnya sakit hati. Dia malah semakin bersemangat untuk mewujudkan cita-citanya itu.

“Aih… mana mungkin kamu bisa meneruskan kuiliah. Paling kamu meneruskan ke KUA,” ledek Sifa teman SMA-nya saat itu diiringi oleh tawa teman-teman sekelas.

“Takdir itu hanya milik Allah. Siapa kamu… yang sok menentukan nasib manusia,” bela Dewi sahabat Adinda sambil melotot ke arah Sifa.

Saat itu ada bimbingan wali kelas yang sedang berdiskusi tentang cita- cita. Kami disuruh menyampaikan harapan, mimpi dan cita-cita setelah lulus SMA.

 Adinda menyatakan mimpinya untuk menjadi seorang dokter. Cita-citanya itu tumbuh saat dia mendapatkan kenyataan jika ayahnya tidak tertolong karena tidak ada biaya. Ayahnya mengalami kecelakaan. Dia tertabrak motor dan terbentur kepalanya. Ayahnya tidak cepat ditangani saat dia dibawa ke rumah sakit. Alasan klise karena ibunya tidak bisa menyiapkan sejumlah dana sebagai jaminan awal di rumah sakit tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline