Jika kita berbicara tentang Pak Tjip, maka Bunda Rose tentu teringat. Dua sejoli yang aktif di Kompasiana. Siapa yang tidak kenal?
Penulis sendiri terheran-heran. Bagaimana bisa sepasang suami istri punya hobi yang sama. Mau dikepoin, tapi mereka tinggal di Australia. Ongkosnya mahal tak karuan.
Sekilas dilihat pencapaian Bu Rose masih kalah jauh dari Pak Tjip. Beliau baru memproduksi 987 artikel sejak 2013. Mungkin saja, karena Bunda Rose sibuk nyapu, ngepel, masak, sementara Pak Tjip hanya ongkang-ongkang kaki menyalurkan hobinya.
Aih, teori konspirasi.
Jadilah penulis menghubungi beliau. Iseng saja, tersebab Ayahanda Tjiptadinata sudah pernah diwawancarai. Tidak komplit rasanya jika Bunda Rose tidak membeberkan rahasianya.
Lagipula jika kita tidak mendengarkan langsung dari Bunda Rose, kita mungkin tidak memahami isi pikiran dan hati kedua sejoli ini. Tidak komplit rasanya.
Yuk kita mulai!
Selamat Pagi Bunda, sejujurnya jarang ada seseorang yang seusia Bunda tapi masih aktif menulis. Selain itu, Bunda tulisannya juga bagus dan enak dibaca. Sejak kapan ya Bunda mulai menulis?
RT: Bunda sewaktu di SMA Don Bosco sudah aktif menulis di Majalah Gema Don Bosco. Saat itu Bunda sebagai staf redaksi. Pemred nya kebetulan Papa Tjip. Jadi, begitu melihat Papa Tjip rajin menulis, Bunda jadi ikut-ikutan.
Nah, hobi ini masih berlanjut sampai sekarang. Pak Tjip rajin menulis, Bunda juga. Gimana ya rasanya menjadi pasangan suami istri yang punya hobi yang sama? Apakah itu adalah hal yang menggembirakan atau justru sebaliknya?
RT: Sejak menikah kami sudah sepakat untuk saling mendukung da menyamakan hobi. Misalnya, Papa Tjip dulu tidak hobi berenang. Tapi, setelah menikah kami selalu berenang bersama. Sama-sama menekuni hobi sungguh sebuah kebahagiaan tersendiri.