Lihat ke Halaman Asli

Inspirasiana

TERVERIFIKASI

Kompasianer Peduli Edukasi.

Permen Union

Diperbarui: 5 November 2021   15:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi seorang pedagang yang berusia belia | Foto diambil dari Jabarprov.go.id

"Permen jahe ... permen jahe. Hanya lima ribu satu karung. Silakan dicoba Pak. Yang suka ...yang suka, permen jahe. Silakan Bu".

Seorang remaja belasan tahun terus bercoteh sambil membagi-bagikan permen jahe kepada para penumpang bis kota. Dari depan sampai belakang. Tidak ada yang terlewat satupun. 

Dari bagian belakang bis ia kembali menghampiri para penumpang satu per satu. Satu dua penumpang menyerahkan satu lembar uang lima ribu rupiah sebagai tanda berkenan membeli. Yang lainnya mengembalikan permen jahe kepada remaja itu. Begitulah cara remaja itu berjualan.

Bis Kota belum lagi bergerak keluar dari Terminal Purabaya, aku teringat kembali masa-masa hampir 50 tahun yang lalu.

"Peremen ... peremen... peremen. Peremen union.. peremen union ... peremen union". Seorang anak usia 10 tahunan menawarkan dagangannya kepada siapa saja yang berpapasan dengannya. Anak itu, sebut saja Jajang namanya. 

Ia murid kelas 4 di sebuah SD di desa kami. Ia biasa berjualan siang hari selepas pulang sekolah. Ini jika kebetulan sekolahnya masuk pagi. Jika sekolahnya masuk siang maka ia berjualan di pagi hari sebelum sekolah.

Jajang terlahir dari keluarga sederhana. Dia merupakan anak tertua dari 6 bersaudara. Ibunya baru saja melahirkan anak keenam atau adiknya yang paling kecil. 

Ayahnya hanya seorang petani kecil dengan beberapa petak sawah. Sebagai petani kecil, penghasilan orangtuanya tidaklah seberapa. Karena itulah Jajang dan adik-adiknya tidak pernah mendapatkan uang jajan.

Jajang hanyalah anak kecil usia 10 tahun yang belum berpikir terlalu jauh. Membantu meringankan beban orang tua misalnya. Kalau dia menjadi pedagang asongan dengan berjualan permen, itu semata-mata karena ingin mendapatkan uang jajan. Karena itu pulalah di awal-awal ia berjualan, ia selalu mengambil dulu keuntungannya. 

Meskipun baru berumur 10 tahun ia sudah pandai berkalkulasi. Modal yang ia keluarkan untuk membeli permen Rp. 80,-. Jika daganganya habis akan menghasilkan Rp. 100,-. Maka keuntungannya adalah Rp. 20,-. Saat ia sudah berhasil mendapatkan Rp. 20 dari jualannya, maka diambilnya yang Rp. 20. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline