Lihat ke Halaman Asli

Inspirasiana

TERVERIFIKASI

Kompasianer Peduli Edukasi.

Nabila, Gadis Belia Bersahaja Harapan Keluarga

Diperbarui: 13 September 2021   08:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nabila ketika hendak berangkat sekolah (dokpri)

Namanya Nabila Oktaviani biasa disapa Bila. Lahir di Sorong, sembilan tahun silam. Ia anak pertama dari dua bersaudara, adiknya bernama Rizky yang masih berusia delapan bulan.

Nabila merupakan siswa kelas 3 di SD Muhammadiyah Malawili Distrik Aimas Kabupaten Sorong, Papua Barat. Gadis kecil nan bersahaja ini memiliki kegemaran memasak. Sehingga dari kegemarannya itulah, ia kerap membantu ibunya di dapur. Perlahan, kegemaran tersebut menjadi kebiasaan selama mengisi waktu di masa pandemi.

Hasil dari kebiasaannya itu, kini ia dapat menumis kangkung, membuat sayur bening, menggoreng tahu dan tempe bahkan membuat telur dadar kesukaannya. Ia pun tak memilih-milih makanan sehingga tak heran jika Nabila tumbuh sehat dan cerdas.

Semenjak duduk di bangku Taman Kanak-kanak, Nabila sudah pandai mengaji. Di bawah bimbingan guru mengajinya, putri dari pasangan Ibu Mualifah dan Bapak Slamet Riyanto ini acap kali mengikuti dan memenangkan berbagai lomba mengaji seperti lomba Qira'at.

Di lingkungan tempat tinggal Nabila, ibunda Nabila dikenal masyarakat sebagai seorang wanita yang memiliki banyak keterbatasan. Namun prestasi Nabila telah menyingkapkan bahwa di balik keterbatasan manusia ada Sang Pencipta Yang Maha Tak Terbatas.

Nabila saat belajar di rumah (dokpri)

Saat ditanya perihal cita-cita, ternyata Nabila bercita-cita menjadi seorang dokter. Mungkin terdengar agak berlebihan bagi orang yang mengenal latar belakang keluarga Nabila. Ayahnya hanyalah seorang petani sayur, yang berpenghasilan tak menentu.

Bahkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, ibunda Nabila pun membantu dengan berjualan pisang goreng. Hasilnya mungkin tak seberapa asal dapat membeli bahan makanan seadanya.

Selama masa pandemi, sekolah Nabila pun melakukan sistem Pendidikan Jarak Jauh (PJJ). Keterbatasan fasilitas belajar mengharuskan Nabila untuk belajar secara mandiri dengan bahan ajar seadanya. Mengingat kondisi ekonomi keluarga yang masih sangat terbatas.

Namun demikian pada ujian kenaikan kelas akhir semester lalu, Nabila memperoleh nilai yang memuaskan dan berhasil meraih peringkat kedua di kelasnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline