Lihat ke Halaman Asli

Inspirasiana

TERVERIFIKASI

Kompasianer Peduli Edukasi.

Bendera Lusuh

Diperbarui: 11 Agustus 2021   10:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bendera Merah Putih di Kalurahan Giripeni, Kapanewon Wates, Kabupaten Kulon Progo, DIY. (KOMPAS.COM/DANI JULIUS)

Sesungguhnya dia hanya butuh teman. Seseorang yang mau mendengarkan curhatannya. Itulah sebabnya. Kenapa dia sering bicara sendiri. Kadang diselingi dengan senyum-senyum.

Maka tidaklah aneh. Orang-orang, terutama anak-anak, mengatakan dia gila. Kenthir. Miring. Kurang genap. Tidak waras. Kemana-mana selalu mengibarkan bendera yang sudah pudar warnanya. Lusuh. Bendera itu diikat pada sepotong bambu.

"Merdeka. Merdeka." begitu teriaknya setiap saat jika bertemu dengan orang lain.

Apabila orang tersebut menjawab "Merdeka!". Dia akan semakin bersemangat memekikkan kata merdeka. "Merdeka! Indonesia merdeka!"

*

Aku mendengar kisah tentang pejuang itu dari penuturan cerita kakek. Pada masa perang kemerdekaan dulu, sekalipun usianya belum genap sepuluh tahun, dia sudah terlibat dalam perang.

Tugasnya menjadi kurir. Tanggung jawabnya adalah mengantarkan berita atau perintah dari satu pos ke pos pejuang lainnya. Dia  memang seorang pejuang nan gagah berani. Dengan santainya dia melewati pos penjagaan penjajah.

Apalagi dia kala itu masih anak-anak. Para tentara penjajah itu tidak curiga dengannya. Maka dia dengan leluasa menjalankan misinya.

Setelah kemerdekaan. Para pejuang dewasa dijadikan tentara secara formal. Beberapa di antaranya mendapatkan kedudukan di kemiliteran. Sayangnya karena usianya belum dewasa, sang pejuang muda waktu itu tidak mendapatkan apa-apa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline