Lihat ke Halaman Asli

Inspirasiana

TERVERIFIKASI

Kompasianer Peduli Edukasi.

Putu Mayang

Diperbarui: 25 Februari 2021   12:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi kue putu mayang(Shutterstock/Ariyani Tedjo)

Delman melaju di jalanan aspal
Berpacu di antara kemacetan ibu kota
Menembus bunyi klakson dan umpatan

Tanjidor bergemuruh di tepi Setu Babakan
Mengarak ondel-ondel menari jejingkrakan
Hilang sudah keluh kesah. Hanya keriaan

Penari topeng meliuk-liuk di pelataran
Gambang mengalun di antara gelak tawa
Di Betawi, orang menyebutnya Jakarta

Lima pesilat berpeci merah mulai beraksi
Berbalas pantun membuka keramaian
Lebaran Betawi, orang menyebutnya pesta

Lenong berseru di ujung panggung
Tontonan sarat tuntunan ramai pengunjung
Si Jantuk sampai terantuk, aduh biyung

Bir pletok mulai dituang, kerak telor dihidang
Gabus pucung, nasi uduk dan putu mayang
Doa dipanjatkan sebelum makan, syukuran.

Tiba azan subuh berkumandang.
Penari, pesilat, lenong dan topeng pulang
Keramaian, keriaan, syukuran usai sudah

Si Jantuk menjadi satpam, di mal bilangan
Pesilat menjaga parkir di sudut pasar
Penari menjemur pakaian di dalam gang

Di kota yang katanya Ibu kota
Budaya dianggap hanya cuci mata
Sejuk sementara, hilang setelahnya

Dian Albatami untuk Inspirasiana
24/02/21

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline