Lihat ke Halaman Asli

Inspirasiana

TERVERIFIKASI

Kompasianer Peduli Edukasi.

Diary Dua Penari Beda Generasi: Mari Menari dengan Hati

Diperbarui: 31 Januari 2021   14:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tari gandrung berasal dari Banyuwangi : Sumber: travel.kompas.com/Pemkab Banyuwangi

Indonesia dikenal dengan aneka seni budaya, termasuk tari tradisional. Menari sudah menjadi bagian dari nadi budaya kita. Bagaimana kisah para penggiat tari dalam mempelajari dan menghayati tari? 

Apa saja manfaat menari? Mari kita simak penuturan dua rekan kita: Suster Monika dan Mbak Maria Ayu. Mereka mewakili diary dua penari beda generasi yang sama-sama menari dengan hati.

Menari sebagai puja pada Sang Pencipta (Suster Monika SND)


Menari bukan hanya gerakan badan, namun jiwa juga menggelora dalam rasa syukur bahagia. 

Saya bersyukur boleh belajar menari sejak kecil. Ibuku membawaku ke suatu sanggar. ‘Mbah Mangku” namanya, pengajar tari dari Solo. Kami diajari dasar-dasar gerakan tari yang langsung diiringi dengan tabuhan gamelan.

Kami diajari bagaimana mengolah rasa dalam gerak dan irama, menyelaraskan raga dalam setiap gerakan nan bermakna. Dari situ saya
mengenal budaya. Menari adalah bahasa tubuh yang mengarah pada puja Sang Pencipta.

dok Suster Monika SND

Tari Srimpi, Bondan, Gambyong, dan Kelono Topeng mesti dikuasai oleh wanita Jawa. Sebelum belajar pada gerakan tari lainnya. 

Setelah remaja dan masuk biara, saya baru mengenal tarian Kreasi Baru, yang waktu itu diciptakan oleh Maestro Seniman Bagong Kusudiarja. Antara lain tari Kukilo, Merak, Wira Pertiwi, Yapong, Langen Kusumo, Lenggot Bowo dan Kelana Topeng versi Kreasi Baru.

dok Suster Monika SND

Menari selain menyehatkan badan, seperti berolah raga juga menyehatkan emosi karena mengolah rasa. Juga dapat menghibur di kala ada acara atau Suster yang berpesta. Bahkan sewaktu saya studi di universitas tarianku dilelang untuk mencari dana.

Saya senang menari dan membawakannya sebagai persembahan bagi Suster yang manghayubagia, di dalam maupun di luar negeri. Mereka sangat menghargai dan berseri di hari bahagianya jika saya menari. Sepertinya tak terlupakan bagi mereka dalam kenangan.

Menari bagiku tidak sembarang gerakan namun mengandung makna, sebagai pujian dan syukur. Tak jarang jika saya sendirian memuja Yang Kuasa dalam syukur gerakan tarianku yang merupakan pujian.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline