Lihat ke Halaman Asli

Inspirasiana

TERVERIFIKASI

Kompasianer Peduli Edukasi.

Kepahitan dan Memaafkan

Diperbarui: 25 Desember 2020   21:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar: Pixabay.com

Setiap orang memiliki masa lalu. Baik kenangan yang menyenangkan  maupun kenangan buruk. Penuh dengan rasa manis atau kepahitan. 

Mengenang masa lalu yang menyenangkan pasti membuat hati berbunga-bunga. Terasa melayang serasa di nirwana. Indah tak terkira. Serasa ingin kembali ke masa lalu. Bila bisa. Alangkah inginnya. 

Demikianlah kita sering terbuai oleh masa dan lupa bahwa kita sedang menjalani hidup hari ini. Masa lalu bagaimanapun sudah berlalu dan kini jadi ilusi. Tak mungkin dapat kita jangkau lagi. 

Bagaimana bila yang terkenang dari masa lalu adalah kepahitan? Sangat, sangat menyakitkan. Mengenangnya pasti membuat hati ini bagai teriris pisau tajam. Bagai tertusuk duri. 

Tak jarang akan menjadi kenangan buruk sepanjang kehidupan. Bagai hantu  yang selalu mendampingi. Bagai kegelapan yang selalu memayungi. Itulah yang sering dirasakan oleh mereka yang mengalami kepahitan dalam hidupnya. 

Seorang kawan baik menceritakan hal ini. Ia merasakan seakan kehadirannya tidak dikehendaki oleh ibunya. Ia hanya bisa diam dan menangis oleh rasa sakit. Kepahitan itu masih ia merasakan sampai saat ini. Karena sudah tertanam di bawah alam sadarnya. Tidak mudah membuang semua memori yang ada. 

Sesungguhnya sama halnya dengan kenangan yang indah, kenangan buruk pun adalah ilusi. Tinggalkanlah dan jangan melekat pada masa lalu. Hiduplah hanya pada hari ini. 

Saya hanya bisa mengatakan padanya, maafkan dan kasihi. Apalagi ia adalah ibu kita sendiri. Bagaimanapun sikapnya di masa lalu. 

Kunci untuk membuang segala kepahitan masa lalu adalah dengan melupakan, memaafkan, dan mengasihi. Tentu saja bukan hanya dengan mengatakan lalu masalah akan selesai. Tidak semudah itu, bukan. 

Memerlukan usaha dan kemauan yang kuat. Bukan hanya memaafkan orang yang menjadi penyebab kepahitan yang kita rasakan, tetapi juga memaafkan diri sendiri. 

Dalam doa, katakan atas berkat kasih dan cahaya Ilahi, saya memaafkan mereka yang telah melukai dan berganti mengasihi mereka sebagaimana Engkau mengasihiku. Sering-sering mengulangi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline