Lihat ke Halaman Asli

Inspirasiana

TERVERIFIKASI

Kompasianer Peduli Edukasi.

Melawan Arus, yang Waras Memang Harus Mengalah

Diperbarui: 1 Desember 2020   16:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar: pexels.com

MELAWAN ARUS, YANG WARAS MEMANG HARUS MENGALAH 

Bukan hal yang aneh bila di mana-mana kita saat berkendara bertemu dengan para pengendara yang seenaknya melawan arus. Pemandangan yang sudah umum di jalanan yang menunjukkan perilaku  para pengguna jalan yang tidak disiplin. Semakin hari justru kita menemukan semakin banyak yang ikut melakukan. 

Orang-orang yang suka melawan arus itu punya seabrek pembenaran. Intinya tidak mau repot dan mau enaknya sendiri sehingga melawan arus menjadi pilihan. Tanpa memikirkan risikonya. Padahal ini bukan hanya membahayakan diri sendiri, tetapi juga orang lain. Entah menyadari atau tidak. 

Namun para pengendara yang melawan arus ini seakan tidak merasa bersalah dengan perilaku mereka. Bagai raja jalanan saja. Bila berpapasan dan menghalangi jalan mereka, justru mereka yang melotot tak senang. Seakan mau berkata, "Lu gak senang? Mau apa lu?" 

Biasanya bertemu dengan para pengendara yang melawan arus ini akan muncul perasaan jengkel. Kebanyakan orang pasti merasakan hal yang sama. Apalagi kadang membuat kaget seketika. Kita tidak boleh marah. Karena mereka bisa lebih marah. Kalau mereka yang marah pasti boleh. 

Pernah ada sepasang suami istri malah meneriaki saya dengan kata yang kasar ketika menghalangi jalan mereka  yang melawan arus saat itu. Sudah melawan arus, kendaraannya tanpa lampu lagi. Padahal saat itu malam hari. 

Bagaimana rasanya, coba? Kalau dilawan, mereka pasti akan lebih galak dan beringas. Hanya bisa menyimpan dongkol di hati. Itulah yang kebanyakan yang kita rasakan terhadap perilaku mereka yang melawan arus. 

Sampai pada suatu hari, saat di rel kereta. Begitu banyak kendaraan bermotor yang seenaknya melawan arus. Pikiran saya menyimpulkan bahwa kita yang masih waras memang harus memilih untuk mengalah. 

Apabila tidak pasti terjadi apa-apa. Orang-orang yang nekad atau terbiasa melawan arus itu pasti tidak akan mau  merasa salah. Kalau kita sengaja menghalangi mereka akan lebih nekad. 

Jadi, kita yang waras tetap harus berpikir jernih dan menghindari keributan. Walau kesal menghampiri. Mengalah memang lebih bijaksana  daripada ikut menjadi tidak waras dengan mencari keributan. 

Peristiwa melawan arus ini  juga menunjukkan kepada kita bahwa suatu perilaku yang salah, bila sudah sering melakukan akan menjadi benar. Apalagi  perilaku salah itu dilakukan beramai-ramai pada akhirnya dapat dibenarkan. Ini seperti aturan yang tidak tertulis. Apalagi pelaku pelanggaran ini tidak mendapat sanksi apa-apa. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline