Mengembangkan karier perlu proses dan kecerdikan. Banyak orang berpikir, keunggulan pribadi sudah cukup untuk mendapatkan pekerjaan impian. Benarkah demikian dalam praktik di lapangan? Mengapa kita perlu berkomunitas dan menjalin relasi, silaturahmi, dan etika kerja dalam berkarier?
Ini tiga kisah dan tiga kesimpulan tentang bagaimana komunitas membantu saya (dan Anda) dalam karier.
Kisah nyata pertama
Alfa bekerja di sebuah perusahaan swasta yang bergerak di bidang elektronika di kota Batam. Ia merantau jauh meninggalkan kampung halamannya disebuah daerah di pulau Jawa. Alfa masih muda dan belum menikah. Keputusannya ini ia ambil karena ia ingin meningkatkan karier.
Di tempat kerja sebelumnya ia merasa sudah tidak dapat berkembang lagi. Ia mencari-cari peluang lewat situs lowongan kerja. Ketika melihat peluang di Batam, ia pun tergesa-gesa pergi. Namun keputusannya pindah ke Batam ternyata tidak semulus yang dibayangkan. Ia merasa tidak betah bekerja di perusahaan tersebut karena tidak cocok dengan atasan.
Alfa kemudian mencari-cari peluang kerja yang lain. Ia ingin kembali ke Pulau Jawa karena sejak di Batam ibunya sering sakit. Tetapi posisi di Batam menyulitkannya. Proses tes rekrutmen kerja membuatnya harus bolak-balik Batam-Jawa. Ini tentu menghabiskan biaya yang tidak sedikit serta waktu terbuang. Maka ia berinisiatif menghubungi rekan-rekannya di Jawa.
Suatu ketika Siti, kawan lama Alfa menghubunginya. Siti mendengar bahwa Alfa sedang mencari pekerjaan baru. Ia menginformasikan bahwa di tempat kerjanya sedang mencari pegawai untuk menduduki posisi kepala departemen Quality Control (QC). Karena Siti mengenal kemampuan Alfa, ia percaya diri merekomendasikan Alfa kepada atasannya. Alfa pun akhirnya diterima kerja satu perusahaan dengan Siti di PT X.
Alfa pun meninggalkan Batam. Hanya 9 bulan ia bertahan disana. Tak hanya pekerjaan baru yang didapat oleh Alfa. Namun jenjang kariernya juga meningkat.
Kisah nyata kedua
Masih lanjut dari kisah Alfa. Ia sudah bekerja 4 tahun di PT X. Suatu saat ia menerima pesan melalui WhatsApp dari nomor asing yang tidak ada dalam kontaknya. Pesan tersebut ternyata datang dari seorang kakak tingkat sesama alumni ketika ia kuliah. Namanya Jimmy.
Sesungguhnya Alfa tidak kenal secara pribadi dengan kakak tingkatnya ini. Namun karena ikatan alumni yang kuat, Jimmy dapat terhubung dengan dirinya. Singkat cerita, Jimmy mengatakan bahwa perusahaan tempatnya bekerja (PT Y) sedang membutuhkan pegawai untuk mengisi peran sebagai kepala Quality Control. Temannya merekomendasikan pada Jimmy untuk menghubungi Alfa.