Lihat ke Halaman Asli

Puan Aja Kok Repot!

Diperbarui: 17 Juni 2015   19:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pasca pengumuman formasi kabinet kerja Jokowi kemarin sore, 26 Oktober 2014, pemberitaan di media online dan percakapan sosial media nyaris didominasi oleh salah seorang politisi wanita muda yang dalam dua periode pemilu legislatif terakhir (2009 dan 2014) selalu masuk dalam 3 besar perolehan suara pribadi terbanyak secara nasional. Siapa lagi kalau bukan Puan Maharani. Generasi ke tiga dari presiden pertama RI sekaligus salah satu The Founding Fathers negeri ini, Soekarno.

Sebut saja para pendukung atau simpatisan dari gabungan partai di Koalisi Merah Putih. Momen ini tidak sedikitpun mereka sia-siakan begitu saja. Isu ditunjuknya Puan Maharani sebagai salah satu Menko “digoreng” sedemikian rupa demi melancarkan serangan pada PDIP sebagai rival politik utamanya. Berbagai diksi negatif seperti “titipan”, “tak berpengalaman” dan ungkapan under estimated lainnya mereka umbar di banyak media.

Tetapi serangan bombardir itu ternyata tidaklah tanpa perlawanan. Jika mereka menggunakan media mainstream, maka jajaran simpatisan Puan Maharani yang saya indikasikan sebagiannya adalah relawan, yang menyaksikan bagaimana leadership Mba Puan saat menjadi panglima mereka dalam memenangkan Pak Jokowi di Pilpres kemarin, membalasnya dengan suatu aksi masif di media alternatif, situs jejaring sosial Twitter (sesuai dengan karakteristik khas mereka yang “publik” dan viral). Dan ikhtiar mereka terbukti dengan dominasi pembicaraan di Twitter dengan kata kunci “Puan Maharani” (dalam tendensi positif) sampai akhirnya tagar #PuanPimpinRevolusiMental pun secara established menjadi trending topik dalam waktu yang cukup lama. Perlawanan tak berhenti hanya di Twitter. Kolom komentar situs berita pun berubah menjadi arena perdebatan yang sengit.

Satu kesan paling utama yang saya tangkap dari message para simpatisan ini adalah (dan substansinya begitu sederhana): tolong jangan meremehkan dan suudzon dahulu. Beri dia waktu!

Saya tersenyum-senyum sendiri menyaksikan perdebatan di dunia maya ini yang bagi saya begitu tidak produktif dan “pepesan kosong”. Ini tak ubahnya seperti seorang guru yang begitu saja memberikan nilai padahal ujian muridnyapun belum dimulai; kerja belum berjalan, evaluasi sudah dirilis.

Jika simpatisan meng-counternya dengan argmen-argumen faktual (seperti penglaman politik-pemerintahan dan keberhasilan kepemimpinan-koordinasi Puan) dan normatif (prerogatif presiden, sosok bersih/lolos dari screaning KPK dan PPATK, dll) saya tiba-tiba saja teringat pada sosok almarhum Gus Dur. Kira-kira komentar apa yang akan ia lontarkan dalam merespon hal ini? Saya, Anda dan siapapun pasti akan sepakat, Gus Dur akan meresponnya dengan tiga kata saja: “Puan Aja Kok Repot” :D

Mungkin perasaan Puan Maharani sama dengan perasaan Kahiyang Ayu, putri bungsu Presiden waktu ngetweet sesaat setelah ia mengikuti tes CPNS: "Lulus ujian=kkn, nggak lulus ujian=bego,"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline