Tulisan ini diperuntukan untuk aa-ku, yang telah menyelesaikan kuliahnya, beberapa kalimat yang mungkin bisa sedikit berarti untuk ia baca.
Kita satu darah, satu keluarga
Dalam benaku, setiap manusia itu berbeda. Begitu pun kita, meski dipersatukan oleh orang tua yang sama, kita jelas punya perbedaan. Kau yang mahir sekali menggambar dan berbahasa, aku sebaliknya menggambar gunung dua yang ditengahnya matahari pun kadang indah tak sampai, bahasa inggrisku pun kacau balau. Syukur lah, Takdir Allah mempersatukan dalam ikatan darah, keluarga. Orang pertama yang mamah lahirkan ke Bumi ini, dan menjadi “model” untuk-ku dalam beberapa hal, atau mungkin semua hal. Musik, film, apa-pun yang ke-kini-an banyak tahu darimu. Ucapku terimakasih aa.
Yang selalu ku dewasakan
Kuliah di Unisbapun itu atas dasar usulmu, iya kan? disana aku banyak bertemu sekali teman baru, tak terkecuali teman sebaya yang umurnya sebaya denganmu. Jujur, aku orangnya sangat lihai dalam menilai orang, tepatnya sering menghakimi karakter orang seperti apa. tak terkecuali temanku yang lahir sama denganmu, langsung saja aku justifikasi, bahwa kedewasaanmu menang jauh atas mereka temanku. Subjektif memang, tapi inilah penilaianku. Kau yang selalu sebenarnya dingin, tapi banyak sekali mengajarkan berbagai hal. Mendahulukan keperluan logis dibanding dengan nafsu semu yang memang semu (memilih nyari pacar nanti kalau sudah sukses katanya).Kau yang memang sudah dewasa di umur yang sebenarnya tak bisa dibilang dewasa, kaulah aa-ku.
Sepintas tentang dirimu
Akhir-akhir ini banyak yang membandingkan bahwa kita mirip, dalam hal ini maaf, aku harus mengakui aku menang. Bukan narsis, tapi si mamah a, bahasa verbal maupun nonverbalnya meng-iya-kan bahwa diantara aa, aku dan Ahdan, aku lah yang paling bagus kerangka yang terbentuk di wajah (baca:ganteng). Tapi aku mengakui karakter di dalam aku kalah jauh, keuletanmu, kesungguhanmu, pantang menyerah, ide, inovasi, kecerdasan, pengetahuan, cara berpikir jelas kau menang telak dariku. Meski sedikit keras kepala kau adalah orang yang akan memperjuangkan apa yang menjadi tujuanmu, kau selalu fokus dengan apa yang kau kerjakan. Bahkan dari SD sampai SMA kau mungkin orang terpintar di sekolahmu masing-masing, bahkan hingga kuliah kan? yaa kaulah aa-ku.
Bagian dari ceritamu, selamat menjadi yang terbaik!
Hingga puncaknya dalam konteks akademik kau menjadi salah satu wisudawan terbaik di Unpas. Aduuuh.. itu beban bro, sekaligus motivasi untukku. Perjuangan gilamu selama empat tahun bisa di bayar tuntas olehmu. Diantara ribuan wisudawan kau salah satu dari sepuluh yang dipanggil ke depan. Kebanggaan? Mungkin bagimu tidak, tapi bagi orang tua kita itu sangat berarti. Premis satu bapak dan mamah berjuang keras demi kita, Premis dua kau bekerja gila atas kuliahmu, konklusinya kau memperlihatkan bahwa usaha mamah dan bapak tidak sia-sia, ditambah kau menjadi beban untuku dan si Ahdan. Aah tapi tak apa. aku yakin, wisudawan terbaik bukan menjadi soal untukmu, bahkan mungkin tak cukup berarti dan tak membuatmu senang, tapi setidaknya itu modal untukmu. Selamat! Kaulah aa-ku.
Jadilah pelaut tangguh, a!
Pelaut tangguh takan menjadi tangguh bila mengarungi samudra yang tenang, ia akan tangguh jika ditempa oleh ombak yang dahsyat. Pesisir lautan telah kau sebrangi, di depan ada samudra maha luas yang siap menyambutmu dengan berbagai terpaan ombak. Selamat melaut a, selamat berjuang. Semoga apa yang kau ingin capai segera tercapai, berproses lah dengan seindah-indahnya proses. Buktiin bahwa kau akan menjadi beban dan motivasi bagiku, lagi. Ingat a lagi! Jadikanlah perjuanganmu seindah Shalahudin Al Ayubi saat merebut Jarussalem, atau setenar Sultan Mehmed II (Muhammad Al-Fatih) saat menaklukan benteng Konstatinopel 9 (Istanbul, Turkey). Tak lupa, tolong doakan aku dan Ahdan agar bisa melibihi apa yang telah kau capai, ingat, melibihi apa yang kau capai a. Selamat Berjuang, kaulah aa-ku.
Itu sajasemoga kau baca, sengaja tak kubuat hiperbola, karena tulisan ini bukan tulisan cinta tau kasih sayang, ini tulisan adik untuk kakanya. Setidaknya aku memberi apa yang orang lain tidak beri, dan ini yang aku bisa. Beberapa kalimat, hadiah untuk wisuda kakaku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H