Jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di kepulauan Seribu hampir satu bulan yang lalu telah memunculkan berbagai spekulasi, asumsi, dan dugaan penyebab kecelakaan pesawat ini mulai dari faktor cuaca, kegagalan mesin hingga disorientasi pilot. Sebelum KNKT merilis secara resmi hasil investigasinya 8-9 Februari nanti, tentu tak ada satu pun analisis penyebab jatuhnya pesawat yang dapat dipercaya kesahihannya.
Namun demikian penulis akan menjelaskan secara global seluruh kemungkinan penyebab jatuhnya pesawat. Jika sebelumnya ada yang menyatakan bahwa pesawat jatuh disebabkan 7 faktor yakni angin, cuaca ekstrem, perangkat lunak, bahasa, human error, kendala teknis, dan aksi kejahatan, maka penulis hanya menyebutkan 5 faktor penyebab jatuhnya pesawat beserta cara mencegah/mengurangi/mitigasi risikonya.
1. Faktor Cuaca
Meliputi hujan badai, topan, angin kencang, awan tebal, sambaran petir, dll.
Mitigasi risiko:
- Meningkatkan standar keamanan dan keselamatan pesawat agar lebih tangguh (resilent) dari kondisi cuaca ekstrem;
- Meninjau kembali SOP (Standard Operating Procedure) untuk pesawat yang akan lepas landas (take-off) dalam cuaca tidak bersahabat dengan menyesuaikan kembali (meng-adjust) batasan-batasan keadaan cuaca seperti kecepatan angin, tingkat curah hujan, ketebalan awan, potensi petir, dll. ;
- Dalam kondisi cuaca ekstrem, pesawat dizinkan untuk dapat parkir lebih lama di bandara tanpa dikenakan biaya tambahan oleh pengelola bandara.
2. Faktor Kerusakan Mesin (technical error)
Meliputi rusaknya atau tidak berfungsinya secara normal sistem piranti lunak dan piranti keras pesawat, malfunction mesin pesawat, dan gangguan teknis lainnya.
Mitigasi risiko:
- Pemeliharaan berkala, menyeluruh dan berkelanjutan;
- Pembaruan SOP (Standard Operating Procedure) pemeliharaan pesawat secara lebih rinci jika pesawat tidak terbang dalam kurun waktu tertentu, seperti karena adanya pandemi Covid19 atau alasan lainnya;