Lihat ke Halaman Asli

Revolusi Energi Terbarukan dan Inovasi Anak Bangsa

Diperbarui: 31 Juli 2017   05:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

mantralabsglobal.com

Hello.

Nama saya Rizal Justian Setiawan, saya adalah Mahasiswa Berprestasi dari Indonesia yang Alhamdulillah hingga saat ini berhasil meraih 13 kali Juara di Kompetisi karya Ilmiah dan Penelitian pada tingkat Nasional dan 34 kali Juara di Kompetisi Menulis, Karya Ilmiah, Penelitian dan Teknologi Tepat Guna pada Tingkat Nasional/Provinsi/Kabupaten. Peran pemuda sangat penting untuk pembangunan bangsa, karena itulah saya tidak pernah berhenti untuk berkontribusi dan berkarya demi Indonesia. 

Sebagai mahasiswa Teknik Mesin, saya tidak hanya selalu menghadirkan Inovasi dan pemikiran seputar Teknologi saja. Lebih dari itu, sebagai mahasiswa pada umumnya, pemikiran kritis terhadap isu lingkungan yang ada di dunia ini sangat perlu dilakukan. Dengan menjadi calon delegasi Indonesia pada "Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa 2017 atau COP23", saya bersedia memberikan suatu Fakta, Pendapat dan Solusi untuk negara saya, Republik Indonesia dalam hal terkait energi.

Penggunaan Energi Fosil di Indonesia

Indonesia masuk dalam daftar 23 negara dengan konsumsi energi tertinggi di dunia. Daftar tersebut dikeluarkan oleh organisasi nirlaba Amerika Serikat (AS), American Council for An Energy-Efficient Economy (ACEEE). Dalam laporan ACEEE, Indonesia berada di urutan ke -- 18 dalam 23 kelompok negara tersebut terkait tingkat efisiensi energi (Dunia-Energi.com, 2017).

Sebagai negara berkembang, penggunaan Energi menjadi salah satu perhatian pemerintah di Indonesia saat ini, salah satunya adalah penggunaan energi listrik. Listrik merupakan komponen vital yang menunjang kehidupan sebuah kota, tanpa adanya listrik kehidupan sebuah kota dapat terhenti. Namun, faktanya energi listrik yang kita gunakan sekarang berasal dari bahan bakar fosil yang suatu saat nanti akan habis. Berdasarkan data statistik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN), pembangkit listrik di Indonesia menggunkan bahan bakar fosil mencapai 87,43% dari total bahan bakar untuk listrik Indonesia (Asian Development Bank, 2015).

Dampak Negatif Energi Fosil

Berangkat dari 87,43% Energi Fosil yang digunakan di Indonesia, terdapat empat bahan bakar yang menjadi tulang punggung pemenuhan energi dan listrik di Indonesia pada saat ini, yaitu batu bara, gas alam, gas & uap dan minyak bumi. Keempat bahan bakar tersebut merupakan bahan bakar yang bersumber dari fosil. Bahan bakar fosil merupakan bahan bakar yang berasal dari fosil tanaman dan hewan yang berusia jutaan tahun. Kita tahu bahwa seiring berkembangnya zaman, kebutuhan energi di Indonesia terus meningkat, tetapi sumber energi ini tidak dapat diperbaharui. Karena energi ini berasal dari fosil-fosil prasejarah dan tentunya tak akan tersedia lagi setelah sepenuhnya digunakan. Jika penggunaan bahan bakar ini berlebihan maka dapat menyebabkan masalah lingkungan yang sangat serius untuk Indonesia, bahkan benua Asia. (BPPT, 2012).

Terdapat dampak negatif dari penggunaan bahan bakar fosil yang berlebihan. Yang pertama adalah Global Warming. Kondisi tersebut merupakan salah satu dampak yang serius dari bahan bakar fosil. Kita telah mengetahui bersama faktanya. Ketika bahan bakar fosil dibakar ia akan melepaskan gas karbondioksida, biasanya gas ini dihasilkan oleh kendaraan bermotor. Banyaknya gas karbondioksida yang dihasilkan dari aktivitas manusia ini dapat mengakibatkan pemanasan global. Suhu bumi naik mengakibatkan mencairnya es di kutub, banjir terjadi di daerah dataran rendah dan kenaikan air laut.

Yang kedua adalah hujan asam. Saat bahan bakar fosil dibakar ia akan melepaskan zat sulfur dioksida. Zat tersebut merupakan salah satu polutan yang menjadi penyebab utama terjadinya hujan asam. Dampak dari hujan ini antara lain menyebabkan kerusakan bangunan yang terdiri dari bata, juga berpengaruh pada tanaman karena pengasaman tanah liat. Beberapa kota di Indonesia khususnya di wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi) terindikasi mengalami hujan asam dengan nilai rata-rata pH air hujan pada 2001-2013 berkisar 4,3 -- 5,6 (Berita Jateng, 2014).

Yang ketiga adalah berdampak pada kesehatan masyarakat Indonesia. Polusi dari kendaraan, pembangkit listrik batubara, maupun asap-asap pabrik dapat menyebabkan bahaya lingkungan yang serius. Polusi udara dapat menyebabkan asma hingga gangguan pernafasan yang parah seperti kanker paru-paru. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan BloTingkat polusi udara di Indonesia berada pada peringkat ke-8 paling mematikan setelah negara China, India, Pakistan, Bangladesh, Nigeria, Rusia dan Amerika Serikat, dengan rata-rata kematian sebesar 50.000 jiwa. Hal ini jauh lebih 'baik' dari China dengan total rata-rata 1,3 juta jiwa setiap tahunnya (Detik, 2015).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline