Betapa bahagianya ketika bisa mengampuni, betapa bersyukurnya jika kemampuan itu diberikan | Ino Sigaze.
Mengampuni dan bersyukur adalah dua kualitas hidup yang sering dianggap ideal, tetapi sulit untuk diwujudkan.
Banyak orang bergumul dengan luka batin dan ketidakpuasan yang menghalangi mereka untuk mengampuni orang lain atau bersyukur atas hidup yang dimiliki. Kenapa hal ini terjadi, dan bagaimana cara mengatasinya?
Mengapa Sulit Mengampuni?
Mengampuni sering kali dianggap sebagai langkah besar yang menuntut keberanian emosional.
Menurut psikolog Everett Worthington, pengampunan memerlukan upaya untuk melepaskan kemarahan dan rasa dendam, tetapi banyak orang enggan melakukannya karena merasa pengampunan sama dengan membenarkan kesalahan pelaku.
Worthington mengembangkan REACH Model, yang menunjukkan bahwa pengampunan membutuhkan proses refleksi, empati, dan komitmen yang tidak instan.
Selain itu, psikiater Karen Swartz dari Johns Hopkins University menjelaskan bahwa sulitnya mengampuni sering kali berakar pada trauma masa lalu yang belum terselesaikan.
Ketika seseorang menyimpan luka lama, rasa sakit tersebut membangun tembok emosional yang menghalangi munculnya niat untuk mengampuni.
Mengapa Sulit Bersyukur?
Di sisi lain, rasa syukur juga sering kali tertutup oleh kecenderungan manusia untuk fokus pada apa yang kurang.