Pilkada hijau perlu gencar mempromosikan isu ekologis. Apa gunanya jabatan jika pada akhirnya bumi kita semakin hancur dan masa depan anak-anak kita terancam? | Ino Sigaze.
Di tengah derasnya arus kampanye Pilkada, kita dihadapkan pada sebuah panggilan yang jauh lebih mendasar: panggilan untuk merawat bumi yang telah diciptakan Tuhan dengan penuh cinta.
Pilkada Hijau bukan sekadar janji politik, melainkan suatu respons atas teologi penciptaan---suatu panggilan untuk menjaga hubungan harmonis dengan alam sebagai tanda penghormatan atas ciptaan Tuhan yang sempurna.
Setiap isu lingkungan, dari pencemaran hingga deforestasi, seharusnya tidak dipandang hanya sebagai masalah kebijakan, tetapi sebagai suatu tanggung jawab iman.
Semangat Pilkada Hijau seharusnya mencerminkan tanggung jawab ini, memampukan kita untuk melihat bumi bukan sebagai sumber eksploitasi semata, tetapi sebagai rumah yang dipercayakan Tuhan kepada kita.
Karena itu, visi politik yang benar-benar berakar pada kesadaran ekologis menjadi penting, bukan sekadar slogan kosong.
Namun, sejauh ini, seberapa sering kita mendengar calon pemimpin yang secara nyata membawa isu lingkungan dalam visi misinya?
Rupanya, kepedulian terhadap lingkungan masih jauh dari perhatian sebagian besar calon kepala daerah.
Maka, penting untuk mengingat bahwa kita bukan hanya pemimpin, tetapi juga pelayan yang dipanggil untuk menjaga "rumah bersama" ini.
Berikut adalah beberapa isu lingkungan yang seharusnya mendapat perhatian utama dalam Pilkada Hijau sebagai bentuk kepedulian kita terhadap teologi penciptaan:
1. Pencemaran Laut dan Sungai
Sebagai umat yang dipanggil untuk menjaga kelestarian air sebagai sumber kehidupan, kita menghadapi kenyataan memilukan di pesisir pantai, di mana sampah plastik menumpuk dan terumbu karang hancur.