Di dalam gelak tawa dan sukacita, duduklah kita di satu meja, menemukan makna sejati dari kebersamaan | Ino Sigaze.
Siang itu panas sedikit menyengat kulit, namun semangat grup merah dari Maumere untuk mendaki ke bukit Mageria tak pernah surut.
Pukul 12.00, serombongan Aci dari kota Maumere, setelah menyelesaikan kegiatan Gottesdienst bersama Pater Andre Nono, O.Carm, bergerak ke Rumah Retret Mageria.
Ternyata, mobil yang ditumpangi pasukan merah itu tak mampu mendaki ke Mageria. Apa kata dunia? Mereka harus berjemur di panas dan menunggu antrian penjemputan hingga tiga kali.
Kisah sederhana, namun menyenangkan, karena dari 30 peserta tur, mereka harus dibagi menjadi tiga kelompok.
Pertama kali melihat pasukan merah, saya heran. Saya pikir ada perayaan Imlek yang tertunda. Di Flores, pesta memang bisa ditunda berbulan-bulan, bukan masalah besar.
Ternyata, merah itu tidak hanya soal budaya China, tetapi dalam komitmen kelompok tertentu, warna merah menjadi simbol semangat.
Pasukan merah itu adalah rombongan umat dari KBG Kerahiman Maumere. Kejutan-kejutan menarik mulai terungkap dari kelompok ini.
1. Jenis makanan ringan yang lama-kelamaan menambah berat badan
Tiba di Mageria pada 12.00, mereka langsung diterima di ruang makan Rumah Retret Mageria. Sangat mengejutkan, masing-masing mengeluarkan makanan ringan, berat, dan minuman yang lezat.