Lihat ke Halaman Asli

Inosensius I. Sigaze

TERVERIFIKASI

Membaca dunia dan berbagi

Metamorfosis Hati dari Momen Perjumpaan dengan Kupu-kupu

Diperbarui: 4 Juli 2024   06:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Metamorfosis Hati dari Momen Perjumpaan dengan Kupu-kupu | Foto: Ino Sigaze.

Dalam keheningan, kita belajar dari kupu-kupu bahwa metamorfosis hati adalah perjalanan menuju keindahan sejati. | Ino Sigaze.

Pagi yang cerah diterangi rona cahaya fajar dari timur, saya melangkah ke area Gua Maria Mageria hendak mematikan lampu-lampu di pelataran. Dari jarak tiga meter di belakang altar, terlihat di atas granit putih seekor kupu-kupu dengan corak warna yang unik dan memikat hati.

Ketika itu pula terpikirkan bahwa ini adalah pemandangan unik pagi ini, tanggal 2 Juli 2024. Kehadiran kupu-kupu yang indah memotivasi nalarku untuk menulis dengan imajinasi tentang jiwa yang rindu untuk dekat dengan Tuhan.

Jiwa yang haus selalu rindu berada di pelataran rumah-Nya yang kudus. Ada pertanyaan yang muncul saat itu: Apa artinya kehadiran kupu-kupu itu? 

Mengapa saya diberikan kesempatan untuk melihat kupu-kupu itu? Terpikirkan bahwa momen itu adalah kesempatan khusus bagi saya untuk menulisnya.

Menulis tentang kisah kupu-kupu yang bersujud di depan arca sang Bunda Suci Maria, dia yang berpribadi kontemplatif duduk mendengarkan di bawah kaki Yesus. 

Di manakah anak manusia yang kesukaannya sujud bersyukur? Terasa dalam hening beberapa menit saat menyimpan gambar kupu-kupu itu terbentuk gambaran dan refleksi tentang hidup yang mesti disyukuri setiap waktu.

Andaikan saja kupu-kupu itu tidak ditemukan di pelataran rumah doa itu, maka tentu saja tidak ada yang menuliskan tentangnya, apalagi merefleksikan momen hadirnya pada awal Juli 2024 itu.

Saya jadi ingat kisah di tahun 2023 lalu, saat berjalan santai di sungai Rhein Jerman, saya melihat seekor kupu-kupu yang terjerat dalam sarang laba-laba dan ia sedang memberontak untuk terbang dan melepaskan dirinya. 

Ia memberontak begitu kuat sampai-sampai ada jaringan laba-laba yang putus, namun saat itu ia tidak berdaya melepaskan dirinya sendiri.

Ada rasa iba datang dari hati saya yang melihat jerih perjuangannya, saya mencoba membuka belitan jaring laba-laba itu sehingga ia bisa terbang lepas melampaui sungai Rhein dengan keheningan aliran air saat itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline