Cerita kehidupan anak manusia tidak pernah terpisah dari perjuangannya untuk menemukan damai. Damai yang dicari itu berakar di kedalaman hati, dan betapa pentingnya kedamaian itu dalam hidup setiap orang | Ino Sigaze.
Secara teoretis, semua orang tahu bahwa damai itu penting dan diinginkan, tetapi tidak semua orang bisa menemukannya dengan mudah.
Mengapa demikian? Ada banyak jawaban, tentu saja, bergantung pada latar belakang dan pengalaman masing-masing individu.
Dalam sesi refleksi kali ini, saya ingin menyajikan satu model pendekatan yang bisa menjadi alternatif solusi di tengah ketidaksabaran dan pencarian damai.
Setiap hari, kita mendengar berbagai persoalan, baik yang terkait dengan hidup kita sendiri maupun yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan kita.
Namun, ada satu hal yang pasti: keterbukaan terhadap setiap situasi memacu kita untuk berpikir.
Dalam proses berpikir ini, baik secara pribadi maupun berkelompok, perlahan-lahan terasa ada yang mulai menggerogoti hati. Ada dua kemungkinan: pertama, kita bisa menjadi begitu menggebu-nggebu; kedua, kita tetap tenang, berpikir, dan mempertimbangkan segala sesuatu dengan baik.
Pada kasus yang bersentuhan dengan diri kita, ada godaan besar untuk mengungkapkan sesuatu. Situasi ini sebenarnya adalah ujian kesabaran.
Bijak tentu saja, jika kita masih punya kesempatan untuk tenang berpikir sebelum berbicara. Ada ungkapan, "cepat mendengar, tapi lambat berbicara."
Kesabaran sedang berada di jalur kritis, ketika begitu banyak orang tidak bisa menunda untuk mengatakan sesuatu setelah mendengar.
Jalur kritis ini sebenarnya bisa diatasi dengan trik sederhana yang murah dan menyenangkan. Apa triknya?