Sebuah krisis ISBN membuka pintu untuk menyadari bahwa kebenaran terkandung dalam halaman-halaman buku. Dalam masa krisis, buku menjadi pemandu yang membawa kita kembali pada esensi kebenaran | Ino Sigaze.
Krisis ISBN di Indonesia bisa dipahami bersamaan dengan percikan kebebasan berliterasi.
Tidak hanya itu, pertumbuhan penduduk dan tingkat Sumber Daya Manusia (SDM) yang semakin maju mengubah wawasan dan cara pandangan masyarakat Indonesia tentang betapa pentingnya karya-karya literasi.
Kebebasan mengeluarkan pendapat, opini, imajinasi, dan kreasi literasi di Indonesia telah mencapai puncak kejayaannya.
Pertumbuhan kesadaran membaca buku kian meningkat bersamaan dengan kesadaran menulis yang semakin kuat.
Kemudahan perizinan untuk mengeluarkan ISBN juga bisa dikatakan cukup mudah dan tanpa melalui proses yang ketat dan sulit.
Kemudahan itu memang sedang diharapkan terjadi di Indonesia karena bersamaan dengan pesatnya arus digital yang semakin kuat menyeret buku ke kotak sampah.
Pertarungan arus kemajuan antara sentuhan digital dan buku-buku yang berorientasikan teks fisik semakin ketat.
Pada saat yang bersamaan muncul pula kesadaran tentang manipulasi barcode ISBN itu sendiri.
Manipulasi itu terjadi karena sebagian orang melihat bahwa buku-buku yang memiliki ISBN punya pengaruh besar dalam proses, baik itu positif maupun negatif.