Sudah saatnya generasi muda Indonesia menjadi penemu dan bukan peniru dan pengikut! (Ino Sigaze)
Sorotan tema ini sangat menarik karena berkaitan dengan tantangan dan kenyataan dunia pendidikan yang selama ini telah menjadi polemik terkait joki skripsi.
Pertanyaannya adalah apakah kebijakan tidak diwajibkan skripsi karena maraknya aksi perjokian skripsi atau ada alasan lainnya?
Pengalaman pribadi bisa menjadi rujukan yang penting untuk menjawab pertanyaan di atas.
Tulisan ini lebih berfokus pada tantangan dan sisi untung-rugi dari kebijakan tidak diwajibkan skripsi.
Manfaat dari Tidak Diwajibkan skripsi:
Bagi mahasiswa dan mahasiswi, kebijakan ini sungguh menyenangkan, karena pasti sangat meringankan proses studi mereka. Mereka tidak perlu lagi menghabiskan banyak waktu dan uang untuk urusan penulisan skripsi.
Dari segi waktu, sangat mungkin bahwa masa studi mereka menjadi lebih singkat tanpa skripsi. Oleh karena singkatnya masa studi, kemungkinan besar mereka akan dengan cepat terjun ke dunia kerja.
Penghematan yang tidak memberatkan orangtua tentu saja sangat menyenangkan. Namun, pada sisi lain, tampaknya ada banyak kerugian dari kebijakan tidak diwajibkan skripsi ini:
Mahasiswa sangat mungkin tidak memiliki kemampuan berpikir mandiri yang serius dan terfokus sesuai minat akademik yang dimilikinya.