Manuver koalisi parpol tidak boleh tanpa energi konstruktif untuk kehidupan bangsa ini | Ino Sigaze
Sorotan topik paling hangat saat ini tentu saja berkaitan dengan manuver partai politik sebelum Pemilu 2024. Manuver partai politik (Parpol) ini berkaitan dengan kenyataan yang tidak bisa dihindari saat ini, yakni koalisi untuk mencari posisi.
Koalisi parpol sudah pasti dilakukan hampir di setiap momen Pemilu. Namun, bagaimana dasar dan alasan berkoalisi, tampaknya semua itu belum bisa dijelaskan dengan jelas kepada publik.
Manuver parpol tersebut bisa sangat potensial menunjukkan wajah politik dan demokrasi yang penuh kontradiksi, emosi, dan saling beroposisi.
Pertanyaannya adalah: Mengapa manuver partai politik dalam berkoalisi tidak memperhitungkan semangat konstruktif sebagai energi yang menciptakan dinamika politik yang lebih sehat dan bisa dipercaya?
Beberapa langkah sulit dalam manuver parpol dalam berkoalisi karena beberapa perhitungan ini:
1. Koalisi partai politik adalah manuver kepentingan yang memiliki konsekuensi.
Setiap partai yang ingin berkoalisi tentu saja memiliki kepentingan politiknya masing-masing. Setiap partai politik pasti memiliki kandidat yang ingin diusung sebagai calon presiden dan calon wakil presiden. Semakin besar partai tersebut, maka semakin besar pula tuntutannya.
Konsep koalisi partai politik akhirnya bukan hanya soal nasib dan sejarah yang sama, tetapi juga karena memiliki kepentingan yang serupa serta mempertimbangkan peluang dan masa depan.
Oleh karena itu, manuver yang dapat terjadi sangat beragam, bahkan sulit untuk ditebak. Kesulitan untuk memprediksi arah koalisi yang akan terjadi seringkali memperkeruh situasi di tanah air.
2. Manuver dalam berkoalisi bisa mengubah kawan menjadi lawan dan lawan menjadi kawan koalisi.