Logo IKN Nusantara resmi dipublikasikan, sejumlah tafsiran datang dengan imajinasi filosofis yang berbeda, ada apa dibalik pohon Hayat? | Ino Sigaze
Jagat media sosial di Indonesia sedang ramai dengan pemberitaan tentang Jokowi yang meresmikan logo IKN Nusantara. Logo IKN ini dirancang oleh seorang desainer asal Bandung, Aulia Akbar.
Dalam beberapa pemberitaan tersebut, saya mendengar penjelasan singkat tentang logo ini dan filosofi di baliknya. Dalam logo IKN, terdapat 5 tiang yang melambangkan 5 Sila Pancasila.
Lima Sila Pancasila tersebut menopang 7 pulau besar, dan di bagian atasnya terdapat 17 cabang. Angka 17 ini mengingatkan bangsa ini akan Proklamasi Kemerdekaan.
Sebagai seorang desainer, tentunya Aulia Akbar memiliki visi sendiri yang setidaknya mencerminkan jiwa bangsa ini. Menariknya, secara keseluruhan, logo IKN Nusantara terinspirasi dari pohon Hayat.
Pohon Hayat tumbuh hampir di semua daerah di Indonesia dan bisa menjadi pohon terbesar di antara semua jenis pohon yang tumbuh di Indonesia. Tidak hanya ukuran batangnya yang besar, pohon Hayat juga memiliki banyak akar, dahan yang lebat, dan menyerupai payung.
Saya setuju dengan Aulia Akbar tentang filosofi pohon Hayat sebagai simbol bahwa IKN akan menjadi ibu kota Negara Nusantara yang akan melindungi kita semua.
Oleh karena itu, tulisan ini mencoba untuk mengkaji lebih detail tentang logo IKN dari berbagai sudut pandang, seperti bahasa dan budaya masyarakat Indonesia dalam melihat pohon Hayat.
Pohon Hayat: Nama dan Maknanya
Sebagian besar masyarakat Indonesia mengenal pohon Hayat juga dengan nama pohon Kalpataru. Kalpataru berarti keinginan. Sedangkan Hayat berasal dari bahasa Arab yang berarti hidup.
Dalam literatur bahasa Jerman, saya membacanya dengan kagum karena Hayat berarti "das Leben" atau hidup.
Das Leben, atau hidup, maka pohon Hayat berarti pohon hidup atau pohon kehidupan. Tetapi pertanyaannya adalah kehidupan seperti apa?