Remah-remah refleksi satu tahun perang Rusia-Ukraina hanya untuk menitipkan satu pesan damai yang jauh lebih penting dari perang | Ino Sigaze.
Tak terasa setahun sudah agresi militer Rusia terhadap Ukraina. Semua orang pasti tidak mengerti mengapa perang belum berakhir juga.
Kutukan dan doa tak henti-hentinya datang. Tak hanya itu, donasi kemanusiaan mengalir tak henti-hentinya. Krisis karenanya juga belum berhenti mengalir ke mana-mana.
Hari ini di seluruh Jerman diadakan acara doa bersama dengan tema "Das Blut deines Bruders schreit zum Himmel" atau Darah saudaramu berseru ke Surga."
Acara itu berlangsung di semua Keuskupan dan bahkan gereja-gereja Protestan juga mengadakan acara doa bersama dalam bentuk Doa Ekumene.
Ada beberapa poin yang menarik dari acara ini yang tentu saja adalah buah refleksi dari setahun perang Rusia-Ukraina.
1. Manusia merindukan damai
Manusia di dunia ini punya kerinduan yang sama supaya hidupnya di bumi ini penuh damai. Namun, pada kenyataannya damai itu punya kadar yang berbeda-beda sesuai situasi masing-masing orang.
Dalam persoalan rumah tangga, damai itu bisa dirasakan ketika ada persoalan lalu kembali ada rujukan damai dengan jamuan makan malam bersama.
Dalam dunia politik, damai bisa saja terlihat melalui kunjungan silaturahmi. Ya, ada banyak bentuk dan pasti berbeda-beda sesuai konteksnya.
Dalam konteks Rusia dan Ukraina rupanya tidak semudah orang membalikan telapak tangan, ketika berbicara tentang damai. Kerinduan untuk memperoleh damai itu sangat besar, tetapi apakah mungkin bisa tercapai dengan keadaan mereka luar biasa kejam?