Lihat ke Halaman Asli

Inosensius I. Sigaze

TERVERIFIKASI

Membaca dunia dan berbagi

Alternatif Perspektif serta Harapan untuk Erick Thohir dan PSSI

Diperbarui: 19 Februari 2023   01:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketua Umum PSSI terpilih Erick Thohir (tengah), Wakil Ketua Umum PSSI terpilih Zainudin Amali (kiri) dan Ratu Tisha (kanan) bertumpu tangan bersama pada Kongres Luar Biasa Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (KLB PSSI) 2023 di Jakarta, Kamis (16/2/2023).(Antara Foto/Dhemas Reviyanto via kompas.com)

Apakah wajah dan cerita sepak bola Indonesia akan menjadi baru? Atau semuanya akan tetap sama saja cuma terdengar nama baru dan wajah baru seperti Erick Thohir? | Ino Sigaze.

Tentunya seluruh rakyat Indonesia mengharapkan kemajuan yang signifikan terkait Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). Sejarah panjang PSSI tentu saja berhadapan dengan penantian panjang, kapan PSSI bisa melesat ke kancah lebih luas dan menggema ke dunia internasional.

Kita sama-sama manusia, punya kaki dan tenaga yang sama. Mengapa Jepang dan Korea bisa melejit ke tingkat dunia, sedangkan Indonesia menolort ke belakang?

Melejit dan melorot itu cuma menjadi ungkapan pedas untuk menjadi lebih maju lagi. Bertepatan dengan terpilihnya Erick Thohir sebagai ketua PSSI, maka kami merasa alangkah baiknya ada opini terkaitnya, sekedar untuk berbagi gagasan dan wawasan serta kemungkinan-kemungkinan.

Mungkinkah Bhineka Tunggal Ika dijadikan semboyang penggerak  dalam bingkai perubahan PSSI?

Mungkin saja PSSI sudah punya motto dan prinsip sendiri, tetapi dalam tulisan ini, saya coba menawarkan tentang wawasan Bhineka Tunggal Ika untuk direnungkan dalam kaitan dengan dunia sepak bola Indonesia.

Mengapa Bhineka Tunggal Ika? 

Mungkin para peminat sepak bola merasa konyol dan membosankan membaca kombinasi ini. Bahkan mungkin ada yang merasa gak mungkin Bhineka Tunggal Ika bisa dikaitkan dengan PSSI.

Nah, sebenarnya gagasan ini berangkat dari pengalaman pribadi tahun 2006, ketika menjadi guru pendamping di Seminari Todabelu Mataloko di Flores. Biasanya setiap tahun diadakan pertandingan antar SMP di seluruh kecamatan Golewa.

Pada saat itu, akan diseleksi pemain-pemain terbaik yang akan bermain sebagai wakil dari  SMP Seminari. Prinsip seleksi yang dipakai adalah mengambil pemain terbaik dari semua kelas.

Katakan saja pemain terbaik dari kelas tiga siapa, lalu dari kelas dua itu siapa dan dari kelas satu itu siapa. Dan tentu saja kami tidak mengambil semua pemain dari satu kelas saja, misalnya cuma dari kelas tiga saja, hanya karena kelas tiga itu dianggap lebih berpengalaman.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline