Lihat ke Halaman Asli

Inosensius I. Sigaze

TERVERIFIKASI

Membaca dunia dan berbagi

Sternsinger Keuskupan Limburg dan Opsi Perlindungan Anak di Indonesia

Diperbarui: 2 Januari 2023   09:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sternsinger Keuskupan Limburg dan opsi perlindungan anak-anak Indonesia | Dokumen pribadi oleh Ino.

Jauh di timur tempat matahari terbit, kerajaan seribu pulau terbentang dari cakrawala ke cakrawala. Penduduk setempat mengatakan pulau-pulau itu itu adalah kalung zamrud tempat laut mengangkat dirinya sendiri dari kedalaman bumi (dibacakan oleh Yosefine; Teks dari Gabriel, Indonesia)

Römerberg, Frankfurt, 30 Desember 2022 punya cerita sendiri untuk Indonesia. Pada momen acara Sternsinger Keuskupan Limburg, Jerman atau acara anak-anak yang menyanyikan lagu-lagu Natal itu, nama Indonesia disebut.

Indonesia menjadi perhatian anak-anak Keuskupan Limburg. Perhatian itu mereka nyatakan dalam berbagai cara: mulai dari menyanyikan lagu-lagu Natal, membaca beberapa kata bahasa Indonesia seperti "Mari belajar", menari bersama ketika lagu dan musik "Belajar" dalam bahasa Indonesia dimainkan.

Tidak terbayangkan bahwa lagu dalam bahasa Indonesia itu disambut begitu meriah oleh hampir 1000 anak dan orangtua yang hadir kemarin. Menyanyi sambil menggerakan tangan dengan simbol gerakan ajakan berbagi damai tampak sekali bahwa Indonesia berada dalam fokus sorotan anak-anak Jerman.

Acara Sternsinger itu bukan saja acara anak-anak yang sekadar senang-senang, karena pada momen istimewa itu dihadiri Uskup Limburg Georg Bätzing. Beliau adalah ketua wali gereja Jerman.

Acara itu tentu saja didukung sepenuhnya oleh Keuskupan Limburg. Oleh karena itu, dalam tempat terbuka di Rmerberg itu diadakan pula acara kulturelle Gottesdienst atau kebaktian budaya.

Ada beberapa momen yang menarik:

1. Anak-anak datang dengan menggunakan pakaian khusus menyerupai pakaian sang raja

Dunia anak-anak umumnya menyukai pakaian dengan asosiasi tertentu. Sama seperti anak-anak Flores pada tahun 90an menyukai baju Batman, demikian juga masuk akal jika anak-anak Jerman saat ini begitu menyukai pakaian seperti raja-raja Arab.

Rupanya cerita tentang tiga raja dari Timur yang datang mengunjungi bayi Yesus itu diwariskan dari generasi ke generasi sampai dengan saat ini.

Pesona kehadiran anak-anak dengan ragam pakaian itu tentu saja menarik, apalagi ada jenis pakaian yang desain sendiri. Ada empat orang anak dengan desain khusus menyerupai unta (Kamele).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline