Qatar menjadi liberal di tengah krisis Eropa, ada apa? Gasdeal adalah salah satu contohnya, selain itu bahwa Qatar punya kontrak jangka pendek dan jangka panjang dengan Jerman dan China terkait gas cair.
Mungkinkah menjadi liberal itu adalah kata kunci untuk kemajuan Qatar?
Dunia mungkin terheran-heran bahwa Qatar akhir-akhir ini melakukan reformasi besar-besaran dalam banyak bidang, hingga sampai pada kenyataan yang bisa dinamakan era baru Qatar memasuki negara liberal.
Liberalisme Qatar mungkin bisa menjadi satu tema yang bisa dibahas sendiri lagi, namun kali ini saya hanya menyoroti bagaimana hubungan antara Qatar, Jerman dan perusahan Amerika Serikat.
Kerjasama tetap dibangun meski berbeda gagasan antara Qatar dan Jerman
Terdengar sedikit aneh, mengapa ketiganya akhirnya bisa punya kata sepakat. Ada apa ya? Belum lama ini ada polemik terkait sepak bola dunia 2022 dan isu-isu gender yang tampaknya ada perbedaan aksen kepentingan informasi antara Qatar dan Jerman.
Namun, kemarin rilisan berita ntv di Jerman sudah tampak berubah. Ya, namanya juga satu persoalan tidak bisa menjadi rujukan untuk pembatasan hubungan dalam bidang kerjasama lainnya.
Mungkin itulah bukti dari percikan perubahan Qatar dalam istilah besarnya liberalisme konsep berpikir mereka sekarang. Hidup dan konsep politik mereka tidak lagi menjadi begitu kaku terfokus hanya pada satu bidang, tetapi lebih kepada kemungkinan-kemungkinan lain yang jauh lebih penting untuk kesejahteraan dunia dan manusia.
Qatar, Jerman dan Amerika Serikat tentu saja tahu apa artinya krisis energi saat ini. Krisis energi sebagai bagian tak terpisahkan dari dampak agresi militer Rusia terhadap Ukraina itu terus saja menjadi bahan pembicaraan dunia.
Tentu saja Qatar adalah satu negara Arab yang mungkin paling sedikit terdepak oleh krisis energi saat ini. Menariknya bahwa sekalipun Qatar bebas dari lilitan krisis energi seperti gas saat ini, namun Qatar tetap terbuka untuk membangun kerjasama dengan Jerman dan Amerika Serikat.
Kontrak kerjasama pasokan gas cair