Pertimbangan untuk jalan kaki bisa saja beragam tergantung di mana orang itu hidup. Tentu saja, iklim, budaya dan kesadaran tentang pentingnya kesehatan punya hubungan erat dengan keputusan untuk jalan kaki.
Tema tentang "Orang Indonesia paling malas jalan kaki" memang tema yang sangat menarik untuk dikaji. Penelitian ilmiah apa pun hingga sampai pada konklusi bahwa orang Indonesia itu malas jalan kaki, bisa saja sampai pada kajian tentang hubungan antara malas jalan kaki dengan faktor-faktor lainnya.
Tema yang sama sudah sering jadi bahan cerita saya ketika pulang libur ke Indonesia. Meskipun demikian, saya semakin menyadari bahwa tema "jalan kaki" sebenarnya bukan saja sekedar soal jalan kaki, tetapi terkait dengan latar belakang budaya, iklim dan tentu saja berkaitan dengan kesadaran tentang hidup sehat.
Kajian-kajian kecil ketika tinggal di Jerman dan beberapa kali liburan, telah membentuk pemahaman saya untuk tidak mudah menuduh seakan seakan orang Indonesia itu malas jalan kaki tanpa melihat alasan dan hubungannya dengan yang lain.
Ketika saya lihat dan kaji lebih jauh lagi, saya menemukan ada 3 faktor yang membuat orang salah persepsi tentang malas jalan kaki.
1. Faktor hubungan antara jalan kaki dan iklim tropis
Apakah orang Eropa rajin jalan kaki kalau mereka tinggal di daerah dengan lingkungan dan hawa panas lebih dari 30 derajat Celcius? Nah, tunggu dulu. Sewaktu kuliah dulu. Saya mengenal sekurang-kurangnya ada 3 dosen orang Eropa.
Seorang Polandia, seorang dari Jerman dan orang Inggris. Saya benar-benar jarang melihat ketiganya berjalan kaki? Paling sering saya melihat bahwa mereka menggunakan sepeda dan sepeda motor.
Nah, pertanyaannya, mengapa? Bung, di Flores, khususnya Maumere, kalau nekat jalan kaki, maka telapak kakimu akan melepuh dan terbakar karena suhu yang ekstrim panas.
Zaman itu, saya suka jalan kaki, cuma bukan karena hobi atau alasan kesehatan, tetapi karena tidak punya uang untuk menggunakan bemo kota. Sedangkan kebanyakan tidak suka jalan kaki karena suhu panas.