Menulis itu tidak selama harus punya cukup waktu, pada saat ektra sibukpun orang mestinya bisa juga menulis.
Menulis tentu punya tantangannya sendiri apalagi menulis secara konsisten tentu lebih besar lagi tantangannya. Meskipun demikian, menulis secara konsisten itu akan menjadi sesuatu yang sangat berat di tengah seseorang sedang sibuk.
Ya, macam-macam kesibukan, mulai dari urusan kerja, tunggakan tugas yang harus segera diselesaikan sesuai deadlinenya dan banyak lagi alasan lainnya.
Tidak jarang dalam situasi kesibukan itu, orang meninggalkan kesempatan untuk menulis. Bahkan terlihat sekali, orang bisa seperti mogok dan menunda-nunda saja untuk menulis. Pengalaman pribadi saya membuktikan seperti itu.
Nah, bagaimana caranya agar orang tetap saja bisa menulis, sekalipun seseorang benar-benar lagi sibuk. Ada beberapa cara yang pernah saya tempuh:
1. Tetap mengalokasikan waktu untuk membaca apa saja
Mengalokasi waktu setiap hari untuk membaca apa saja merupakan cara praktis yang menolong agar tetap bisa menulis. Bagi saya mengalokasikan waktu untuk membaca itu sama dengan menyiapkan waktu hening untuk mendengarkan suara hati saat bertemu dengan kenyataan lain.
Setiap orang tentu punya pengalaman itu, yakni bahwa pada saat membaca entah itu presentasi singkat tentang tema yang ditawarkan Kompasiana atau tulisan lainnya, biasanya ada saja pikiran-pikiran terkait yang muncul.
Membaca dalam hal ini bukan saja membaca buku atau tulisan, tetapi lebih dari itu adalah proses masuk ke dalam diri sendiri sehingga menjadi peka dengan realitas lain yang menuntut jawaban dan tanggapan dari seorang penulis.
Ya, bisa dikatakan bahwa orang tidak boleh mengabaikan waktu untuk melihat dan merasakan segala sesuatu yang terjadi pada saat itu (Zeit zu wahrnehmen). Artinya bahwa ketika orang kehilangan waktu untuk melihat dan merasakan itu, maka dia sebenarnya sudah kehilangan peluang untuk menangkap gagasan-gagasan yang muncul.
2. Menulis pertanyaan spontan yang muncul pada saat membaca dan saat mendengar berita