Lihat ke Halaman Asli

Inosensius I. Sigaze

TERVERIFIKASI

Membaca dunia dan berbagi

Bunga di Pinggir Jalan dan 2 Sudut Pandang tentang Perjalanan Mudik

Diperbarui: 27 April 2022   20:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bunga-bunga di pinggir jalan dan 2 sudut pandang tentang perjalanan mudik | Dokumen pribadi oleh Ino

"Pesan yang penting dan berarti itu, tidak selamanya datang dari hal besar, tetapi bisa juga datang dari bunga-bunga kecil di pinggir jalan" 

Cerita bunga-bunga di pinggir jalan

Hari ini saya sejenak menikmati jalan kaki mulai dari Stasiun hingga di area sekitar bangunan Masjid di wilayah Mhlberg, Frankfurt. 

Sambil menapaki jalur khusus untuk pejalan kaki, mata terpana pada rona-rona indah bunga kecil di pinggir jalan. Bunga-bunga itu bagaikan bunga pagar, ternyata semuanya tumbuh tanpa ada yang menanam. 

Bunga di pinggir jalan, tumbuh tanpa tuan yang menjaga dan merawat. Tapi anehnya, bunga-bunga itu bisa begitu subur dan tampak segar. Daun-daun yang hijau segar, bahkan mekar kuntum-kuntum kecil ke arah jalan. 

Saya terus menelusuri setapak itu sambil menikmati pemandangan alam pada sisi kirinya. Sambil mengambil beberapa gambar saat berhenti sejenak. Saat itu saya mendengar bisikan gagasan: "Bunga di pinggir jalan saja bisa memberi keindahan apalagi bunga yang ditanam."

Tak hanya itu, ide-ide lepas mulai berkeliaran. Terdengar dalam nada imperatif yang sangat lembut dan halus: Jangan kamu sepelekan apa yang di pinggir jalan dan jangan pula kamu anggap tidak berguna pada apa yang diasosiasikan dengan yang di pinggir jalan!"

Tanya hati kecil saya, mengapa tiba-tiba ada pikiran seperti itu, dalam konteks apakah gagasan ini bisa dibagikan dalam coretan dinding Kompasiana nanti?

Sepanjang 1 kilometer saya bergumul dengan gagasan-gagasan kecil itu, hingga memberi catatan kecil dengan harapan semoga bisa menjadi sebuah tulisan. 

Mungkinkah manusia bisa melihat kebaikan orang lain yang dianggap terpinggirkan? Mungkinkan ada maaf saat sebagian orang lagi ramai mudik saat liburan ini? 

Kemampuan memaafkan orang lain bisa saja muncul karena cara pandang seseorang bahwa dalam diri orang yang bersalah itu ada bunga kebaikan. Sampai pada buah pikiran ini, saya sejenak berhenti dan bersyukur karena menyadari betapa baiknya Tuhan membuka cara pikir saya hari ini.

Saya membayangkan betapa banyaknya orang-orang, yang pada saat yang sama mudik saat ini. Betapa besar pula kemungkinan-kemungkinan yang tidak diharapkan itu terjadi dalam perjalanan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline