Bangsa kita membutuhkan spiritualitas kehidupan bersama yang secara baru menyentuh hubungan manusia, alam, peradaban kita sendiri dan kekayaan karya sang Pencipta.
Buah kuwu barangkali belum banyak dikenal orang. Bisa saja buah ini ada di pulau-pulau lain selain Flores, namun saya yakin belum banyak tahu bahwa buah itu bisa dimakan.
Di Flores, khususnya di wilayah Kabupaten Ende, tumbuhan kuwu itu hidup sebagai tumbuhan liar di hutan. Sebagai tumbuhan liar, ya, bisa tumbuh di mana saja.
Meskipun demikian, kuwu umumnya tumbuh bersamaan dengan tumbuhnya hutan bambu, kopi, pohon dadap. Ya, itu yang sejauh saya pernah lihat, bisa juga bersamaan dengan tumbuhan lainnya.
Mengapa kuwu tumbuh bersama yang lain?
Bisa dikatakan satu keunikan dari tumbuhan kuwu itu adalah ia tidak bisa tumbuh sendiri atau berdiri sendiri tanpa tumbuhan lainnya.
Bahkan kalau diperhatikan, kuwu menjadi berkembang dan berbuah ketika ada tumbuhan lain yang bersahabat dengannya, maka ia berkembang semakin ke tempat yang tinggi.
Tampak sepertinya kuwu punya filosofinya sendiri. Filosofi dari dunia alam tumbuhan yang terbuka pada manusia, bagaimana bisa memaknai cara hidup dan cara tumbuh dan berbuahnya.
Ya, nama buah itu kuwu, sebenarnya karena nama dari tumbuhan itu adalah kuwu dalam sebutan bahasa Ende. Kuwu adalah sejenis tumbuhan yang menjalar, namun ia tidak menjalar di atas tanah, tetapi menjalar pada pohon-pohon lainnya.
Sayang sekali saya sudah mengusahakan foto tumbuhan kuwu itu, tetapi sampai saat ini, saya belum bisa mendapatkannya dan kemungkinkan daun-daunnya sedang berguguran, sehingga yang ada cuma ranting yang meranggas.
Sebagai tumbuhan meranggas, kuwu punya ranting yang sangat panjang dan tinggi memanjat pada pohon dan dahan-dahan. Apalagi kalau tumbuh bersamaan dengan hutan bambu, maka pada bambu bisa dilihat seperti ada suatu hiasan.