Badai Februari 2020 menoreh kenangan. Pohon tumbang, jendela terlepas, payung terkatup, bendera tak henti berkibar melambai-lambai, entah apa maunya.
Badai yang meruntuhkan yang tinggi menjulang nan anggun dalam pandangan mata manusia. Badai alam yang menepis gairah perang Rusia dan Ukraina.
Badai dalam sejarah dunia Eropa. Datang bersamaan dengan krisis negara tetangga, yang semula pergi dan datang tiada cemas dan gentar.
Badai perang, badai permusuhan, badai uji coba senjata, badai persaingan ekonomi yang saling menekan. Badai yang datang bersama dengan ukiran senja di antara dahan-dahan ranggas.
Badai menatap senja yang mencoba menembus air dengan percikan cahayanya. Badai hiburan bagi burung-burung yang haus damai dan cinta.
Badai menatap senja dengan goresan cahaya penuh tanya, "kapan badai permusuhan Rusia dan Ukraina berakhir menatap senja?" Burung-burung pergi ke air dan mengajukan tanya yang sama: Mengapa sesama manusia saling menghina dan mengancam?
Burung-burung bertanya pada air yang sedang bermandikan cahaya sukacita: Mengapa Senja tidak bisa meresap ke dalam jiwa pemimpin bangsa Rusia dan Ukraina hingga hati keduanya teduh bergandeng tangan menatap penderitaan rakyat jelata?
Di sana ada badai ketakutan, badai air mata, badai prediksi dan provokasi campur tangan yang bukan-bukan. Burung-burung meminum air itu sambil berdoa: Semoga air kehidupan menyejukan badai amarah mereka.
Wahai manusia berdoalah, sujudlah pada Senja untuk titipkan kata-kata cinta pada Rusia dan Ukraina. Burung-burung, mampukah doamu menepis badai permusuhan keduanya?
Cinta.....cahaya....air tidak akan membiarkan pohon meranggas, meranggas selamanya.