Lihat ke Halaman Asli

Inosensius I. Sigaze

TERVERIFIKASI

Membaca dunia dan berbagi

Jalan Menuju Sang Rembulan

Diperbarui: 14 Februari 2022   05:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jalan Menuju Sang Rembulan | Dokumen pribadi oleh Ino

Tiada hari seperti hari ini. Hari yang unik sampai saya berkali-kali bertanya pada hari, mengapa hari ini begitu berbeda dari hari-hari sebelumnya.

Semenjak pagi, terang telah menghimpit rumah dan kota-kota. Cahaya terang yang hangat sejak pagi sampai pukul 17.19 saat goresan ini tertoreh.

Beribu-ribu menapaki jalan-jalan kecil di pesisir Rhein. Sang ayah berlari bersama putri kecilnya, sang putri mendorong kursi roda ibunya. Sang kekasih berpelukan mesra di pesisir sungai.

Semuanya menatap Rhein, air sungai yang mengalir sunyi tanpa riak-riak yang ramai. Gelombang kecil menggulung sunyi bermain bersama burung-burung di atasnya.

Berlawanan arah tampak sang ibu sedang menuntun anaknya mengendarai sepeda kecil. Mereka menikmati senja di pukul 17.26 barusan.

Berhenti....berhentilah sejenak dan tataplah ke langit, "kata sang Hati." Saya berhenti dekat seorang yang sedang menelpon temannya. Dari pesisir sungai itu, saya menatap ke langit.

Di sana terlihat setapak jalan menuju ke bulan. Jalan putih yang terbentuk seperti dari kepulan asap menjulang tinggi dengan tingkat kemiringan jauh dari tegak lurus.

Setapk jalan menuju rembulan | Dokumen pribadi oleh Ino

Terlihat tinggal sedikit ia menyentuh sang rembulan. Apakah itu jalan menuju ke bulan? Adakah seseorang sedang mencoba meraih hati Sang Rembulan senja itu?

Bulan tersenyum tersipu-sipu. Deg degan jantung sang rembulan, serasa ada yang hendak mampir di hatinya. Katanya, "mungkinkah jatuh cinta berkali-kali pada orang yang sama?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline