Lihat ke Halaman Asli

Inosensius I. Sigaze

TERVERIFIKASI

Membaca dunia dan berbagi

Mimpi Petani Desa Menuju Bisnis Waralaba

Diperbarui: 24 September 2021   10:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi tentang mimpi petani desa menuju bisnis waralaba dari usaha kebun sayur milik bpk Kanis Tiga, warga desa Kerirea | Dokumen pribadi oleh Ino

Bergulat dengan mimpi-mimpi, namun semua itu membutuhkan yang namanya SDM, manajemen, regulasi, dan orang-orang yang bisa memberikan pendampingan dan motivasi.

Franchise atau waralaba sebetulnya masih merupakan kata asing bagi para petani di desa. Hal itu bukan berarti bahwa di desa-desa para petani tidak punya usaha dan bahkan tidak kreatif, tentu tidak. Kalau benar diselidiki, maka akan ditemukan banyak sekali petani desa yang punya mimpi agar usaha yang dimulainya berkembang menjadi sebuah franchise atau waralaba.

Tulisan ini berangkat dari cerita seorang petani desa yang sudah sekian tahun jatuh bangun bergumul dengan bisnis mandiri sayur dari hasil usahanya sendiri dengan modal sendiri.

Dialog dan cerita-cerita itu menyeret saya kepada suatu gagasan dan perspektif tentang hubungan antara kehidupan masyarakat pedesaan, para petani dan juga peluang mereka untuk memasuki pintu bisnis waralaba.

Kenyataan menunjukkan bahwa ada banyak bisnis di pedesaan, namun tidak sedikit pula jenis usaha atau bisnis itu menjadi begitu terbatas karena banyak faktor dan kendala. 

Berikut ini ada 5 faktor yang menjadikan usaha atau bisnis kecil orang-orang di desa susah menembus ke skala yang bisa disebut bisnis waralaba atau franchise:

1. Keterbatasan sumber daya manusia (SDM)

Keterbatasan sumber daya manusia masyarakat pedesaan telah menjadi kendala abadi karena tidak pernah dicari bagaimana solusi dan usaha-usaha praktis untuk mengatasinya. Apa dan siapa yang bisa diandalkan kalau memang sumber daya manusia kebanyakan masyarakat pedesaan itu masih terbatas?

Peluang untuk merebut kembali ketertinggalan pada bagian SDM harus lebih serius diperhatikan karena sangat mungkin kendala paling mendasar bukan saja masyarakat desa, tetapi juga mungkin pemerintah desa, kecamatan, bahkan juga sampai ke pemerintahan kabupaten dan provinsi. 

Bayangkan saja, jika tidak pernah ada gagasan dan wacana tentang bagaimana menjadi pengusaha waralaba di desa-desa, bagaimana mungkin masyarakat sederhana di desa-desa itu mengerti tentang cara-cara menjadi pengusaha waralaba.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline