Siapa saja bisa menggunakan batuk "ehm" sebagai bahasa komunikasi, tetapi orang perlu menggunakannya dengan penuh kesadaran, tulus mau menolong atau mengubah keadaan menjadi lebih baik dan bukan untuk menghina, mengontrol orang lain.
Pencopet itu ada di mana-mana dan rupanya mereka punya anggapan sendiri seperti, "jika orang lain itu lengah, maka saya punya keberuntungan."
Siapa seh yang tidak sebal dengan pencopet? Tentu semua orang, apalagi mereka yang pernah mengalami kerugian sebagai akibat dari ulah pencopet. Apa cara-cara yang tepat untuk menghindari ulah dari tukang copet mungkin saja masih merupakan misteri.
Meskipun begitu, jangan takut, pencopet itu paling takut dengan batuk "ehm" lho. Mau tahu bagaimana bisa terjadi seperti itu? Nah, ini kisah-kisah kecil yang pernah saya perhatikan dan coba hingga sampai pada kesimpulan bahwa pencopet itu takut banget dengan batuk "ehm."
Kenyataan unik yang pernah saya coba sebenarnya bukan cuma tukang copet yang takut dengan batuk "ehm", melainkan juga binatang peliharaan seperti kucing pun juga takut.
Coba buktikan kalau ada yang memelihara kucing di rumah buktikan teori itu. Di depan kucing ditaruh sepotong daging ikan, kemudian perhatikan matanya. Mata kucing pasti tertuju kepada sepotong daging ikan itu.
Namun, kucing peliharaan belum sempat memakan, bahkan sesekali matanya malah melihat kembali ke mata orang yang memberinya.
Amati, ketika kucing hendak mengambil, cobalah kamu batuk "ehm" sekali atau dua kali, maka kucing akan berhenti mengambil roti, bahkan bisa menjauh dari tempat yang paling dekat dengan sepotong ikan itu. Meskipun demikian, mungkin hanya contoh unik dan tentu ada juga kejadian lainnya.
Nah, bagaimana dengan manusia? Ya, sama juga bahkan dalam banyak hal berlaku juga batuk "ehm" itu punya isyarat efektif mengubah situasi manusia dalam momen tertentu.
Ada 3 kisah dan makna yang membuktikan bahwa batuk "ehm" itu punya daya efektif mengubah situasi: