Mengubah rasa ditolak menjadi karya akhirnya punya hubungan erat tidak hanya dengan diri sendiri, tetapi juga dengan orang lain; tidak hanya menghubungkan seseorang dengan keheningan, tetapi juga dengan sumber-sumber spiritual.
Siapa pun dia dan seberapa besar daya tahan yang dimiliki seseorang, jika mengalami rasa ditolak, orang akan tetap merasakannya sebagai sesi kehidupan yang tidak enak.
Meskipun demikian, pengalaman tidak enak itu bukan berarti buruk atau tidak berguna sama sekali, tetapi bisa saja menjadi batu loncatan kepada suatu perubahan.
Pengalaman membuktikan bahwa rasa ditolak telah mengubah kepada suatu zona baru yang jauh lebih berarti dan penting.
Akan tetapi, untuk sampai pada Zona baru, yang kreatif dan produktif serta berkarya secara lebih nyata, orang pasti berproses mengolah semua rasa, bahkan lebih-lebih rasa kecewa dan ditolak yang pernah dialaminya.
Ada 3 Cara Menepis Rasa ditolak untuk masuk ke zona baru yang lebih kreatif:
1. Mengambil waktu untuk hening sendiri
Waktu hening itu sangat penting agar ketenangan batin dan pikiran tetap dikendalikan. Dalam waktu hening yang dialokasikan itu, orang bisa melihat kembali persoalan dengan jernih dan rasional.
Melihat dan menilai kembali persoalan secara objektif tidak bisa dipisahkan dari saat hening. Orang harus jujur dengan dirinya sendiri tanpa membela diri juga tidak bisa jauh dari keheningan batin dan pikiran.
Keheningan batin akan sangat membantu seseorang tidak hanya untuk melihat segala sesuatu dengan jernih, tetapi juga memberikan kemungkinan bagi orang itu sendiri untuk menerima dirinya.
Ya, sebuah keyakinan yang tumbuh dalam ranah kehidupan spiritual dan mengolah diri tidak bisa dianggap sebelah mata terkait perannya sebagai rahim dari suatu perubahan suasana batin.