Lihat ke Halaman Asli

Inosensius I. Sigaze

TERVERIFIKASI

Membaca dunia dan berbagi

Mau Menjadi Penengah Konflik, Jangan Lupa 2 Cara Ini

Diperbarui: 21 Mei 2021   22:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi penengah yang berjuang masuk ke dalam rumah untuk negosiasi: diambil dari de.wikihow.com

Apa jadinya jika punya niat sebagai mediator, tetapi hanya bisa pegang tangan salah satunya. Bahkan bukan cuma pegang tangan salah satunya saja, tetapi kita beri "batu" untuknya. 

Setiap orang dewasa pasti punya pengalaman menjadi seorang penengah bagi pihak lain yang sedang berselisih. Ulasan ini berangkat dari pengalaman pribadi menjadi penengah dalam konteks perselisihan sehari-hari. 

Ada 2 peristiwa yang memberikan saya suatu cara pandang tentang bagaimana menjadi seorang penengah yang bisa mendamaikan orang lain. 

Dari dua peristiwa itulah, saya belajar bukan dari teori yang pernah ditulis orang, tetapi dari peristiwa dan pengalaman terlibat langsung. 

Peristiwa pertama: perselisihan antara om dan keponakannya. 

Di sebuah kampung hidup berdampingan rumah antara om dan keponakannya yang sudah berkeluarga. 

Om itu sebut saja dengan nama om Marsel, sedangkan ponakannya sebut saja Tino. Tino karena sebagai tetangga, kadang-kadang berusaha mendengar omongan omnya Marsel. 

Namun, namanya dengar dari rumah sebelah, jadi kadang tidak jelas. Suatu waktu pada tahun 2010. Om Marsel marah-marah di rumahnya, gara-gara kambing masuk ke kebun dan memakan tanamannya. 

Tino memang punya kambing, karena tersinggung. Lalu, Tino keluar dari rumahnya dan berteriak sambil maki-maki. Kemudian, om Marsel yang mendengar Tino pun tersinggung. Keduanya bahkan beradu mulut, nyaris adu fisik. 

Saya mendengar suara ribut itu penasaran dan datang mendekati tempat kejadian. Ternyata om Marsel dan Tino sedang bertengkar. Kata hati saya, "biasa keduanya bukan cuma kali ini, tetapi sudah berulang-ulang kali." 

Ketika saya datang, keduanya mulai diam dan masuk rumah mereka masing-masing. Namun maki-maki masih saja terdengar dari rumah masing-masing. Saya yang mendengar sungguh merasa sangat tidak enak. Hal ini, karena keduanya saya kenal baik. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline