"Rasa ingin tahu dan sikap rendah hati mesti dimiliki oleh peneliti. Bukan cuma teori di kepala dan data di lapangan, tetapi tata krama, kedisiplinan, keterbukaan pada temuan baru, anggaran serta rasa dan keyakinan budaya itu sangat memengaruhi kualitas riset budaya."
Kata riset pertama kali dengar yakni dalam kuliah tentang ilmu metodologi penelitian pada tahun 2007. Memang terasa sekali bahwa kata riset pada tahun 2007 masih terdengar asing, sekurang-kurangnya bagi saya dan beberapa teman yang belum pernah melakukan suatu riset lapangan.
Meskipun terdengar asing, kata riset mampu memberikan aroma rasa khusus terutama dalam dunia ilmu pengetahuan sebagai suatu aktivitas ilmiah dengan poros hubungan antara teori dan data-data lapangan.
Oleh karena rasa asing itu, maka ketika ditawarkan untuk penulisan tesis pada waktu itu, senang juga untuk coba mengakrabkan diri dengan kata riset, tentu dengan segala konsekuensinya.
Pertanyaan yang penting adalah apa saja tantangan, hambatan dan proyeksi ke depan dari sebuah riset di bidang budaya? Dalam ulasan ini, saya lebih fokus pada pengalaman konkret tahun 2007-2008 terkait riset budaya. Ya, suatu pengalaman pertama bergumul dengan riset.
1. Modal teori
Modal teori memang dimiliki dari bekal penjelasan dosen di universitas. Teori yang penting tentu berkaitan dengan bagaimana cara kerja dalam dunia riset. Riset dimengerti sebagai suatu bentuk penelitian lapangan terkait tema-tema yang ada di dalam kehidupan masyarakat atau sosial.
Entah itu fenomena-fenomena sosial, entah itu budaya dan adat istiadat dan tentu saja ada banyak bidang yang bisa menjadi objek penelitian. Teori lain yang penting adalah berkaitan dengan metode penelitian itu sendiri.
Seorang peneliti awal memang bisa dikatakan benar-benar "anak bawang", artinya masih harus banyak belajar menguasai teori, padahal kenyataan di masyarakat bisa saja sangat berbeda atau sama sekali tidak pas dengan teori yang telah dipelajari.
Tentu teori bukan sebagai yang satu-satunya penting, tetapi sebagai wawasan dasar yang sangat menolong peneliti untuk mengambil langkah. Teori sangat penting untuk memahami seluk beluk dunia riset umumnya dan sambil berkreasi di lapangan dengan pedoman teori yang dimiliki.
Bagi saya teori itu bagaikan kompas pemandu arah peneliti di lapangan dan juga saat kembali duduk di meja untuk menganalisis data-data, rekaman dan lain sebagainya.