Lihat ke Halaman Asli

Inosensius I. Sigaze

TERVERIFIKASI

Membaca dunia dan berbagi

Embezero, Perempuan Misterius dan 5 Visi Pendidikan bagi Anak Perempuan Flores

Diperbarui: 3 April 2021   01:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Embezero, karya lukisan Stef Kapo

Embezero adalah nama seorang perempuan dalam cerita tentang runtuhnya Kampung Mbari. Baca di sini: Membongkar Misteri Kampung Mbari. Kampung Mbari adalah kampung tua yang saat ini tinggal puing kenangan, batu-batu fondasi. Kampung dengan memiliki sudut 5 dan tujuh tingkat itu hancur pada saat kedatangan seorang perempuan bernama Embezero

Sejak kecil saya sudah mendengar cerita Embezero dari Oma dan Opa saya. Bahkan terakhir pada tahun 2006, saya pernah merekam cerita itu dari orang yang tertua dan pernah mengalami pada masa kecilnya kampung tua itu masih belum ditumbuhi pohon-pohon. Rekaman audio itu sudah hilang, namun tulisan dan nama Embezero telah saya perjuangkan untuk menjadi populer dikenal masyarakat di sana. 

Saya pernah memiliki blog dengan nama Embezero, pernah menulis cerita itu, di beberapa blog pribadi bernama Wasi, dan juga suarakeheningan.de. Meskipun demikian, pada kesempatan ini, saya ingin mengulas secara lebih spesifik lagi cerita itu dalam kaitannya dengan anak perempuan. 

Figur perempuan Embezero dan caranya mengungkapkan kebenaran itulah yang unik. Agar ulasan ini jelas dan bisa dimengerti dengan baik, maka saya menyusunnya dalam kerangka sederhana seperti ini. 

Cerita tentang Embezero 

Ada pasangan suami istri yang hidup di wilayah Mbari dan Mbuja. Mbari dan Mbuja adalah bentangan wilayah perbukitan yang berada di wilayah desa Kerirea, Nangapanda, Ende, Flores, NTT. Mbari dan Mbuja konon dihuni masyarakat suku Paumere. Mereka hidup dalam sistem masyarakat tradisional, bergantung sepenuhnya pada alam. Masyarakat penghuni kampung Mbari dan Mbuja rupanya belum mengenal pasangan misterius suami istri yang juga hidup di wilayah mereka. 

Masyarakat Tradisional itu hidup dari berladang, untuk menanam padi, jagung, kacang-kacangan yang disertai dengan ritual adat masing-masing. Suatu waktu seorang warga kampung Mbari membuka ladang ya di pinggir kali bersebelahan dengan sekarang dikenal sebagai Tiwu Awu. Padi, jagung dan kacang-kacangan tumbuh subur. Meskipun demikian, tiba-tiba pemilik kebun itu menemukan jejak aneh di dalam kebunnya. Ada indikasi yang mencurigakan seperti suatu binatang atau sejenis monster yang memakan hasil tanamannya. Ia melihat ada lendir yang berceceran pada batang padi dan jagung yang telah dimakan makhluk itu. 

Di mata pemilik kebun itu cuma ada satu pikiran. Hal seperti itu adalah hama yang merupakan hasil tanamannya. Karena itu, ia membuat suatu jerat tradisional dengan nama Senda. Jeratan seperti saya pernah lihat modelnya dan sistem kerjanya seperti apa. Jeratan tradisional itu menggunakan kekuatan tegangan statis dari belahan bambu, yang diregangkan sebegitu kencang dengan tali, lalu di bagian bawah dibiarkan terbuka dengan satu titik sensitif dibiarkan sengaja. Jika apa saja yang melalui bagian yang terbuka itu dan menggeser titik sensitif itu, maka tarikan kencang akan terlepas dan tersisa adalah jepitan bambu dengan beban yang sangat berat di bawahnya. 

Jeratan itu, sebenarnya bagian dari teknologi senjata tradisional dari bambu. Beberapa Jeratan itu dipajang, namun selalu saja melesat, tidak membuahkan hasil. Mengapa? Rupanya monster itu selalu meloloskan dirinya karena menggunakan zat pelicin yang dimiliki tubuhnya. 

Kekecewaan pemilik ladang tidak bisa tergantikan, niat untuk menangkap monster itu tidak terbendung lagi. Selanjutnya, ia membuat sekali lagi, namun dengan Strategi baru, ia menaburkan pada area jeratannya Abu dapur, sisa dari pembakaran kayu. Abu dapur itu bisa menetralisir zat pelicin dari monster itu. Apa yang terjadi, suatu hari tertangkaplah seekor belut yang sangat besar, ya monster air. 

Tempat diam monster air (Sawijawa).dokumen pribadi.ino

Monster air itu dipikul oleh beberapa orang. Mereka membawanya ke kampung Mbari. Suasana kampung langsung berubah, ibarat pesta pora. Sukacita luar biasa. Semua warga kampung akhirnya sepakat memasak monster itu di tengah kampung dan menyediakan semacam suatu perjamuan bersama dengan semua warga kampung. 
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline