Hari ini terasa lain sekali. Bangun pagi biasanya membaca pesan ucapan selamat pagi dan kata-kata bijak, ternyata tidak lagi muncul di antara barisan pesan teman-teman. Uniknya bahwa hari ini ada pesan bergambar yang saya dapatkan.
Ya, lucu juga sih, gambar seekor british shorthair kucing yang sedang dijual secara online dengan harga Rp. 900.000. Katanya, dia ingin sekali membeli kucing itu, cuma kucing itu bukan di Jakarta, Malang, Surabaya, Bandung, tetapi ada di Batam.
Coba bayangkan harga jual sudah sembilan ratus ribu, mana biaya pengiriman dan surat-suratnya. Gak apa-apa sih, kalau orang punya duit.
Banyak orang percaya begitu saja bahwa kalau punya banyak uang, orang bisa beli apa saja yang dia suka. Tentu tidak semua begitu, tetapi ada juga yang begitu.
Yach banyak juga sih yang kaya dan saking banyak uang, beli tas saja bisa lima puluh juta. Seharga itu, katanya murah lho. Ya, gak ada artinya. Ampun deh.
Entahlah apa nama barangnya, mau kucing, atau tas, bagi orang yang berduit semua bisa didapatkan. Hobi baru di masa krisis Covid-19 ini, bagi kaum berduit itu gak ada soalnya. Semuanya tinggal klik tombol pesan di layar Hpnya, lanjut dengan metode pembayaran online, langsung tunggu waktu saja, barang pesanan akan segera tiba. Instan bayar, instan pula dapat barangnya.
Pesan bergambar yang saya dapat hari ini, benar-benar bukan cuma seekor kucing, tetapi bagi saya kucing itu adalah seekor kucing inspirasi yang menyedot nalar dan memancing saya untuk berpikir.
Mengapa orang berduit lebih memikirkan penuhi hobinya daripada membantu orang-orang yang tertimpa bencana, yang rumah mereka hancur berantakan terendam banjir?
Meskipun demikian, tentu saya tidak bisa juga berteriak memaksa mereka untuk ayolah tinggalkan hobimu dan jika kami punya uang lebih kirimkanlah untuk orang-orang yang hampir kehilangan segalanya saat ini.
Kaum berduit memiliki kebebasan sendiri. Saya dan orang-orang yang dalam kesulitan mungkin hanya berdoa dan berharap agar hati mereka terketuk oleh belas kasihan dan mau berbagi dengan yang susah dan betul membutuhkan bantuan.
Pikiran saya semakin aneh berhadapan dengan realitas ini. Dalam hati saya berkata begini: Orang yang punya duit, mikirin beli kucing, orang miskin pengen jual kucing agar bisa bertahan di saat sulit ini. Apa-apaan hidup ini? Kadang hidup ini penuh paradoks.