Aku dan beberapa temanku adalah sekelompok mahasiswa perantauan. Bagi kami, wajib hukumnya untuk bijak dalam mengatur keuangan agar uang yang kami miliki setidaknya cukup sampai akhir bulan. Biasanya para orang tua akan mengirimkan sejumlah uang setiap awal bulan tiba. Karena itulah muncul sebuah istilah, awal bulan kami bisa makan mewah, sedangkan di akhir bulan harus pintar memutar otak untuk memilih makanan yang murah namun cukup mengenyangkan.
"Hah.. Aku berharap kita bisa punya uang tambahan. Uang sakuku bulan ini tinggal sedikit," keluhku pada temanku Fitri dan Ayu saat kami sedang nongkrong bertiga di kampus.
"Aku juga sama Inong. Kira-kira apa yang bisa kita lakukan untuk mencari uang?" balas Fitri
"Aha, aku dapat ide. Bagaimana kalau kita coba jualan buket bunga. Sebentar lagi kan musim wisuda. Pasti bakal ada banyak orang yang akan membeli," seru Ayu meyakinkan kami berdua.
"Aku tidak tahu caranya."
"Ya ampun Inong, sekarang ini zamannya internet. Ayo kita coba jualan. Aku bakal ajak Icut dan Lina juga. Mereka berdua pernah membuat buket bunga. Mereka pasti bisa membantu kita," seru Ayu
Ide menjual buket bunga yang dilontarkan Ayu, ternyata bukan hanya omong kosong belaka. Hari Sabtu, Ayu mengajak aku, Fitri, Lina dan Icut berkumpul di kontrakannya.
"Aku rasa itu ide yang cemerlang. Saat musim wisuda, pasti akan ada banyak orang yang mau membeli buket bunga untuk sekadar berfoto juga untuk kenang-kenangan," ucap Icut
"Untuk modalnya kita patungan dulu saja. Nanti keuntungannya kita bagi rata. Lumayan kan buat tambahan uang jajan," tambah Lina tidak mau kalah.
"Bagus-bagus. Nah sekarang ayo kita catat dulu bahan-bahan yang kita perlukan," ujar Ayu sembari mulai mencatat.