Lihat ke Halaman Asli

Sudutpandang

dari nama sudah mewakili isi

Sawu, Kisah Salah Satu Karakter Introvert

Diperbarui: 22 Januari 2021   15:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Perkenalkan, namaku Sawu anak seorang abdi negara dan ibu rumah tangga. Aku seorang anak pindahan kelas 3 sekolah dasar. Kami pindah dari sebuah kota kabupaten ke sebuah desa terpencil dimana tidak ada listrik PLN, Beberapa keluarga punya generator pribadi untuk menikmati listrik. Tidak ada jalan aspal namun cukup baik untuk kendaraan roda 4. 

Sebagai anak pindahan, hari-hari awal masuk sekolah bukan hal yang menyenangkan. Semua mata teman sekelas seakan menuju padaku, dari pandangan biasa sampai pandangan sinis. Mungkin karakter anak desa yang tidak familiar dengan adanya murid pindahan apalagi bukan dari daerah sekitar. 

Saat bel istirahat berbunyi beberapa teman mulai satu persatu menghampiri mejaku dan mulai bertanya macam-macam, mulai dari nama, asal dan lain sebagainya. 

Namun yang mendekat itu semuanya adalah murid laki-laki. Murid perempuah hanya berkumpul di meja sesama kaumnya sambil bercanda ria tapi mata mereka mencuri pandangannya padaku. Dalam hati aku berkata "Fix ini pasti mereka ngomongin aku". Hari berganti dan aku mulai mempunyai banyak teman kecuali teman perempuan.

Mengapa demikian? ada beberapa alasan. Pada saat baru masuk  aku sedikit kaget dengan karakter teman-teman yang tidak bisa dibilang lugu untuk anak seusia kami yang di tempat sebelumnya tidak pernah aku temui. Cara bercanda mereka dengan teman perempuan sudah ngecengin tentang pacaran, ada pula yang candaan dewasa lainnya. 

Sebenarnya bukan hanya candaan tapi fakta bahwa anak SD kelas 3 di lingkungan tersebut sudah mengenal cinta biarpun cinta monyet. Setelah mendengarkan cerita teman-teman ternyata akibat nonton sinetron dan ada pula yang beberapa pernah nonton B*k*p. 

Aku adalah orang yang suka candaan yang tidak menyenangkan dan lebih suka menghindarinya. Gara-gara itu jadi tidak punya hasrat untuk berteman dengan teman perempuan, bahkan untuk menegur sekalipun. Selain juga salah satu alasan lainnya aku sadar aku anak yang menarik dan tidak ingin tebar pesona diusia bocil. Mungkin ganjil, tapi diusia sekecil ini yes.. aku sadar punya daya tarik.

*Setelah hiatus hampir 2 tahun senang bisa mulai menulis kembali. Next lanjutannya ya,
Selamat Membaca

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline