Lihat ke Halaman Asli

Prespektif Kristiani Tentang Korupsi

Diperbarui: 4 April 2017   16:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

1.    Korupsi Harus Diberantas. Sebelum masuk ke dalam pertanyaan tentang sikap kristiani terhadap korupsi dan pemberantasannya perlu mejadi jelas dulu mengapa korupsi adalah perbuatan harus diberantas. Korupsi itu tindakan yang harus diberantas. Ada dua alasan yaitu: Pertama, korupsi itu merupakan kegiatan pencurian. Kedua, korupsi adalah tindakan yang menyebabkan ketidakadilan, karena dengan korupsi dapat membuat orang miskin tidak bisa ke luar dari kemiskinan. Korupsi adalah stealing from the poor (H.S. Dillon). Korupsi menyebabkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang tidak berkembang. Kemiskinan tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Dan semakin mendekati titik kehancuran bangsa. Oleh sebab itu korupsi harus diberantas karena merugikan banyak rakyat Indonesia dari segala sisi terutama sisi perekonomian. 2.    Korupsi menurut Gereja Katolik Gereja memang tidak bisa mengklasifikasikan korupsi dengan begitu jelas. Kata korupsi itu sendiri tidak terdapat dalam hukum gereja. Namun gereja mencoba menjelaskan melalui etika pubilk yang mana sudah ada dalam agama. Dijelaskan korupsi itu temasuk tindakan mencuri dan mencuri itu dilarang. Dalam sepuluh perintah Allah yang ke-7 juga terdapat hal itu.  Tampaknya memeang korupsi memang sudah ada sejak lama. Dalam sejarah manusia diterangkan dalam kitab keluaran: ”suap janganlah kau terima, sebab suap membuat buta banyak orang-orang yang melihat dan memutarbalikan perkara orang-orang yang benar”.  Selain korupsi merupakan tindakan mencuri untuk memperkaya diri, korupsi pun juga menjadi masalah yang lebih serius karena pola berkorupsi yang berantai dan rakus. Diperparah lagi oleh rendahnya mutu pendidikan. Jelas bahwa Gereja menolak korupsi tetapi tidak mengutuknya. Secara jelas bahwa gereja tidak hanya diam. Melalui Konfrensi Waligereja Indonesia mengusulkan gerakan budaya baru, yaitu budaya alternatif atau budaya tandingan. Budaya alternatif adalah budaya yang menjadi kekuatan yang berasal dari dalam yang menggerakan orang untuk memilih dan mengembangkan pola prilaku yang baru, yang sesuai dengan cara-cara yang memungkinkan orang-orang mencapai kesejahteraan umum. Tujuan yang lain adalah menghindarkan orang-orang yang akan terjebak pada budaya yang buruk seperti korupsi. Dimana budaya itu dapat membuat mematikan hati nurani. Kematian hati nurani adalah awal dari kehancuran dan kehidupan sejahtera tidak akan pernah kenyataan. Diharapkan dengan budaya alternatif ini dapat membongkar pola pikir dan prilaku yang berlawanan dengan martabat luhur manusia. 3.    Peran Gereja dalam Masalah Korupsi Gereja memang tidak bisa memiliki peran seperti negara untuk menetapkan hukum/ menghukumnya. Paling tidak gerja ikut ambil bagian dalam mengatasi korupsi di Indonesia. Peran Gereja nampak jelas dalam KWI. Walaupun gereja tidak memiliki peran untuk membentuk hukum tetapi gereja melakukanya dengan berbagai cara salah satunya melalui surat kepada presiden. Tertuama surat pada kemerdekanan Indonesia ke-65 yang di dalamya juga menyinggung tentang korupsi. Berikut kutipanya: “...Di satu pihak sebagian cukup besar rakyat Indonesia masih menghadapi kesulitan-kesulitan serius dalam hidup sehari-hari: kesulitan mendapat pekerjaan, beaya pendidikan dan kesehatan yang tetap tinggi, kriminalitas dan premanisme yang memberikan perasaan tidak aman, kualitas hidup terutama bagi orang kecil terus menurun. Sesudah 65 tahun merdeka lebih dari 100 juta warga bangsa belum menikmati taraf kehidupan yang wajar. Pada saat yang sama rakyat menyaksikan elit politik sibuk dengan dirinya sendiri. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam sepuluh bulan terakhir membuat masyarakat semakin sinis. Setiap hari media menyajikan berita: para wakil rakyat yang seakan-akan hanya mencari trik-trik baru untuk mengisi kantong mereka sendiri; kepolisian memberi kesan bahwa mereka dengan segala cara men-sabotase setiap usaha untuk memberantas korupsi di kalangan mereka sendiri; kejaksaan agung dicurigai sengaja memperlambat pengusutan penyelewengan; ada mafia hukum sehingga rakyat sulit memperoleh keadilan. Sementara itu pemerintah kelihatan membiarkan lembaga-lembaga yang bertugas memberantas korupsi, seperti KPK, digerogoti wewenang dan wibawanya. Bapak Presiden, rakyat semakin mendapat kesan bahwa elit politik hanya melayani diri mereka sendiri. Hal ini akan sangat fatal karena rakyat akan kehilangan kepercayaan terhadap sistem politik kita sekarang, yang dengan susah payah telah kita bangun bersama sejak 12 tahun, yang menjunjung tinggi Pancasila.... .... yang paling serius, adalah korupsi yang meresap ke seluruh kehidupan bangsa. Kami gembira bahwa di bawah kepresidenan Bapak pemberantasan korupsi sudah semakin digalakkan. Tetapi korupsi tetap mengangkat kepalanya yang busuk....” 4.    Korupsi dan Solusinya Menurut Romo Franz Magiz Suseno, SJ mengatakan bahwa salah satu penyebab korupsi adalah gagalnya pendidikan etika dan agama. Pendidikan Agama dinilai masih terlalu formal belum membentuk moral positif siswa. Serta cenderung mengajarkan seputar agama dan tempat ibadahnya saja. Jarang menyentuh peran sosial.  Memang benar yang dikatakan Romo Magis bahwa gagalnya pendidikan etika dan agama salah satu penyebab korupsi. Pendidikan itulah yang menjadi awal dari korupsi itu. Oleh sebab itu masalah korupsi harus dibenahi dari sumber-sumber awalnya. Secara mendasar hal yang harus diperhatikan ialah pendidikan. Pendidikan moral memang harus ditanamkan dalam diri anak didik. Pendidikan moral itu dapat dicontohkan dengan kantin kejujuran.  Dengan harapan bahwa jika anak didik itu memiliki moral yang kuat dengan sendirinya praktek korupsi pun dapat dikurangi. Namun dirasa sangat kurang jika hanya terfokus pada pendidikan saja. Sebab korupsi itu hadir secara menyeluruh semua orang bisa berbuat korupsi. Oleh sebab itu harus memeperbaki seluruh bidang; pendidikan di sekolah, pendidikan di masyarakat, pemerintahan, agama dll. Dalam ranah pemerintahan juga sangat penting. Dari beberapa pengalaman bahwa  Indonesia memiliki pemerintahan yang masih terlihat ‘tumpul’. Dilihat dari sisi hukum yang masih mudah untuk diterobos sehingga menyebabkan kekacauan. Oleh sebab itu pemeritah harus memperbaiki sistemnya agar tidak terdapat kekacauan lagi. Dalam ranah Agama, sungguh sangat berguna untuk menjalankan budaya alternatif. Jika semua agama bersatu untuk menciptakan habitus baru melalui budaya alternatif ini. Khususnya agama katolik sebab jika budaya alternatif ini tercipta dengan sendirinya akan menyingirkan budaya korupsi yang sudah lama tertanam dalam bangsa Indonesia. Sumber: The Catholic Way www.mirivica.net




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline