Lihat ke Halaman Asli

Analisis Banjir Subang Jawa Barat

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13906955591929756411

Peta ini hasil analisis banjir Kab. Subang dari data bulan Januari 2013. Dari hasil analisis saya, didapatkan zona-zona banjir terakumulasi pada topografi yang lebih rendah dari sekitarnya (area lembahan) yang dekat dengan area pertemuan 2 aliran sungai (junction) dan area belokan sungai (meandering). Kedua area tersebut (junction&meandering) merupakan area potensi terjadi luapan sungai ketika volume dan debit air melebihi kapasitas sungai yang mengalami pendangkalan akibat sedimentasi dan penyempitan lebar sungai di sekitar pemukiman.

Area tangkapan air (catchment) yang berada di sekitar Desa Kadawung, Chambulu, Karangmukti, Wantilan, dan Marengmangyang merupakan hulu dari sungai-sungai di Kabupaten subang ini sebagian besar merupakan area pesawahan tadah hujan dengan vegetasi yang sangat minim bahkan tidak ada. Jenis catchment seperti ini ketika terjadi hujan deras yang cukup lama, menyebabkan akumulasi air akan langsung disalurkan ke sungai-sungai bertipe dendritik tersebut tanpa ada area resapan air yang baik di area hulu karna tidak adanya vegetasi (pohon-pohon) yang dapat berfungsi sebagai area resapan air.

Kurangnya area resapan akan menyebabkan tingginya proses sedimentasi di sepanjang aliran sungai sehingga proses pendangkalan akan cepat pula. Material Sedimen sungai (pasir&lempung) biasanya terakumulasi pada area meandering sungai sehingga area ini biasanya mengalami akumulasi sedimen yang lebiih banyak dibanding area sungai lainnya. Maka sangat penting untuk menjaga area meandering tetap memiliki lebar sungai yang cukup luas untuk mengakomodasi penumpukan sedimen tersebut. Ketika area menadering ini dijadikan area pemukiman, maka akan menambah sempit lebar zona meander sungai akibat tempat buangan sampah dan lainnya. Padahal area belokan sungai (meandering) merupakan area potensial terjadinya luapan sungai ketikan volume dan debit air melebihi kapasitas sungai, maka tidak heran pemukiman disekitar area meandering akan mengalami kebanjiran. Tipe sungai di Kab. Subang bagian utara ini sebagian besar bertipe dendritik, sehingga akan banyak zona pertemuan 2 aliran sungai (junction) yang juga merupakan area potensi luapan sungai.

13906943691658324916

Dari peta persebaran zona-zona potensi banjir, terlihat bahwa potensi banjir berada pada area-area belokan sungai (meandering) dan area pertemuan 2 aliran sungai (junction) yang dekat dengan pemukiman warga. Selain itu zona potensi banjir juga terakumulasi pada area lembahan atau area dengan topografi yang rendah dibanding area sekitarnya. Hal ini terjadi karena ketika luapan sungai terjadi pada area junction dan meandering, maka luapan air akan mengalir ke area yang lebih rendah (lembahan) yang kemudian air tersebut terakumulasi disana dan terjadilah banjir. Adapun solusi agar banjir ini tidak lagi terjadi adalah sebagai berikut: 1. Lakukan perombakan area pertemuan dua sungai (junction) menjadi aliran yang searah (tidak tegak lurus), sehingga tidak akan terjadi penahanan aliran sungai satu oleh aliran sungai lainnya yang berakibat pada pembalikan aliran sungai. Selain itu perlu dilakukan pelebaran pada area junction tersebut karna pada area ini terjadi pertemuan 2 sungai yang berarti terdapat penjumlahan dua debit air, yang mana semakin besar luas penampang sungai akan memperlambat kecepatan dari laju aliran sungai seperti berlaku pada persamaan berikut : v = Q/A dimana v = kecepatan rata-rata aliran sungai, Q = debit, dan A = luas penampang. 2. Hindari penggunaan aliran sungai terutama pada area belokan sungai (meandering) sebagai tempat pembuangan sampah dan lakukan pelebaran pada zona meandering tersebut. 3. lakukan penghijauan dan pelebaran area resapan air di sepanjang aliran sungai untuk mengurangi potensi luapan air dan mengurangi proses sedimentasi yang menyebabkan pendangkalan sungai.

13906944201536192719

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline