Baru saja saya menyelesaikan pekerjaan tabulasi data yang seharusnya sudah saya selesaikan dua bulan yang lalu. Ternyata sisa data yang harus ditabulasi hanya sedikit, dan tak sampai satu jam saya sudah mendapatkan tabel data lengkap yang akan segera disusun dalam pembahasan laporan hasil penelitian. Mengapa saya harus menunda selama itu untuk pekerjaan yang – mungkin – jika saya lakoni dengan sabar tiap hari delapan jam, akan selesai hanya dalam waktu kurang dari 1 minggu? Jawabannya ya karena pekerjaan tabulasi data adalah pekerjaan yang menjemukan. Memang kalau ada variasi data antar responden satu dengan yang lain terasa mengasyikkan, tapi kalau jawaban yang kita tabulasi itu nyaris seragam…hmm, sungguh membosankan. Sekarang, yang penting semua sudah selesai. Tinggal melanjutkan tahap berikutnya, menyusun laporan penelitian dengan pembahasan yang detail. Pertanyaannya apakah penyusunan laporan penelitian ini akan saya kerjakan besok pagi, dua hari lagi, atau justru seminggu lagi dengan dalih ada pekerjaan lain yang lebih penting? Sepertinya, sekali lagi saya akan menundanya hingga ‘mood’ datang. Tapi bagaimana kalau si ‘mood’ yang ditunggu-tunggu tidak datang-datang? Tampaknya saya harus mengakali kerja si ‘mood’ ini dengan menciptakan seribu jurus agar tidak menunda pekerjaan, apakah itu?
1.Buatlah prioritas pekerjaan. Prioritas A (penting dan mendesak) harus dikerjakan terlebih dahulu daripada prioritas B (penting tapi tidak mendesak), prioritas C (penting tapi bisa kapan-kapan), apalagi prioritas D, E, F, hingga Z (tidak penting tapi menyenangkan, tidak penting tapi butuh, tidak penting tapi harus, dlsbgnya).
2.Buatlah situasi senyaman mungkin untuk menyelesaikan prioritas A (karena biasanya prioritas A ini menjemukan atau membuat tertekan), misalnya dengan mendengarkan music kesayangan, sambil ngemil jajan kegemaran atau sambil nonton dvd terbaru (eh, yang terakhir jangan, ntar malah nggak jadi kerja)
3.Sebelum memulai mengerjakan prioritas A, tarik nafas panjang, kuatkan niat, bulatkan tekad dan semangat, daaan…jangan lupa berdoa agar Tuhan melancarkan dan meridhai pekerjaan kita
4.Beri reward pada diri sendiri saat berhasil menyelesaikan prioritas A. Misalnya, mengerjakan prioritas Z yang tidak penting tapi menyenangkan (luluran atau creambath…eh, kalau ini penting dan menyenangkan kali ya), sebelum harus mengerjakan prioritas A berikutnya (ingat, begitu prioritas A selesai dikerjakan, prioritas B akan berubah menjadi A, atau muncul prioritas A yang baru).
5.Yang paling penting dan kayaknya gampang diucapkan tapi susah dipraktekkan (untuk sebagian orang termasuk saya) adalah DISIPLIN! Coba, sebagai muslim (dan kaum beragama lain pasti juga punya contoh konkret), kita pasti sudah disiplin menjalankan sholat lima waktu, kan? Jadi seharusnya tidak sulit untuk berdisiplin dalam menjalankan pekerjaan kita.
Ternyata saya hanya mampu menciptakan lima jurus dan tidak sampai seribu seperti rencana saya sebelumnya. Tidak masalah, walau cuma lima asal dihayati dan diamalkan pasti akan dapat merubah sifat buruk saya yang suka menunda pekerjaan. Marii….berubaah…(menjadi lebih baik), dan…sudah dulu ya, saya harus mulai menyusun laporan penelitian saya (prioritas A) setelah memposting tulisan ini. GBU all.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H