Pandemi mengubah segalanya. Termasuk membaca buku. Orang sudah mulai beralih ke buku digital daripada buku fisik. Meski awalnya mengeluh mata cepat lelah, namun karena lebih praktis dan tidak boleh keluar selama pandemi, mau tidak mau mulai membiasakan diri membaca buku melalui gawai/laptop. mem
Studi terbaru pada tahun 2009, untuk membentuk kebiasaan baru pada diri manusia dibutuhkan rata rata waktu 66 hari. Kepribadian, lingkungan dan motivasi adalah beberaa faktor yang mempengaruhi terbentuknya habit baru. Namun, dalam kondisi berbahaya seperti pandemi sekarang, manusia bisa dengan cepat mengganti kebiasaan lamanya ke kebiasaan baru.
Dahulu untuk mencari referensi tugas kuliah atau tugas sekolah harus datang ke perpustakaan. Gedung yang selalu identik dengan bangunan kuno yang beratap tinggi dengan aroma khas bau buku lawas. Suasananya hening dan sepi membuat mata cepat sekali terpejam dan mulut sering menguap. Untuk mencari satu buku yang dibutuhkan, harus mencari dahulu di laci katalog berdasarkan abjad awal judul buku. Namun, bila belum tahu judul bukunya berarti harus tekun menelusuri sendiri dari rak ke rak buku lainnya, sampai mendapatkan buku yang diinginkan.
Sekarang, tidak perlu serepot itu lagi. Cukup mengetik informasi yang anda ingin ketahui di mesin pencari Google, dalam hitungan detik sudah tersaji berbagai referensi mengenai informasi yang anda cari. Sampai sampai ada istilah "tanya ke mbah Google saja", kalau anda penasaran dengan sesuatu hal.
Perubahan jaman menjadi serba digital berdampak pada pergeseran kebiasaan mencari informasi. Bila membutuhkan informasi dengan cara yang cepat dan mudah maka mesin pencari Google jawabannya. Bahkan bila anda kesulitan berkomunikasi dengan orang asing, anda bisa langsung bertanya ke Google makna dari percakapan yang disampaikan. Tak perlu susah lagi membawa kamus yang tebal.
Berbagai kelebihan yang didapatkan dari Google tidak bisa menandingi dari kedalaman ilmu yang ada di buku. Membaca buku tak tergantikan. Perubahan zaman hanya menggeser media dari buku fisik ke buku digital, tidak pada esensi membaca buku itu sendiri.
Banyak manfaat yang bisa didapatkan dari membaca buku, seperti melatih otak untuk focus dan konsentrasi penuh terhadap suatu hal. Buku juga melatih otak untuk berpikir runtun dan sistematis pada sebuah solusi permasalahan, karena lembar demi lembar yang dibaca memiliki cerita yang berurutan. Buku memiliki sejarah panjang yang sudah mengakar pada kehidupan manusia. Membaca buku seperti warisan yang sudah turun temurun ada di dalam genetic manusia. Membaca buku tetap memiliki pesonanya sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H